Senin, 09 Februari 2009

PUBLIC RELATIONS

PUBLIC RELATIONS DALAM MENDUKUNG PERAN SEKRETARIS DI PERUSAHAAN

Oleh:

Raden_Fandi

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Public relations atau dalam bahasa Indonesia masyarakat sering menyebut hubungan masyarakat, yaitu merupakan suatu proses komunikasi dua arah yang sering terjadi pada suatu lembaga organisasi, baik komunikasi internal maupun eksternal dari organisasi tersebut. Public relations yang baik mutlak dimiliki semua anggota masyarakat pada umumnya dan terutama masyarakat organisasi pada khususnya guna kelancaran hubungan kerja yang baik pada organisasi tersebut. Hubungan kerja yang baik akan bisa dicapai jika masing-masing pihak di dalam organisasi tersebut memiliki pengertian satu sama lain.
Profesi seorang sekretaris banyak menyita waktu dengan aktivitas berinteraksi dengan orang lain. Seorang sekretaris sering dihadapkan pada suatu keadaan dimana mereka melakukan suatu atau mengatakan sesuatu untuk mempererat hubungan dengan seseorang, baik dilakukan dengan orang dari luar perusahaan atau dari dalam perusahaan. Pengembangan hubungan kerja yang dijalankan seorang sekretaris dalam kedudukannya sebagai seorang human relations dapat dilaksanakan melalui penerapan dan pemanfaatan aspek-aspek komunikasi secara baik dan benar.
Seorang sekretaris dalam kedudukannya sebagai orang terdekat dengan pimpinan puncak sering bertindak sebagai public relations officer, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Hal ini berkaitan dengan tanggungjawabnya untuk menjaga citra perusahaan. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk membahas mengenai keterkaitan tugas-tugas kesekretariatan dengan aktivitas public relation, maka penulis mengangkat fenomena sosial ini dengan judul ‘Pengetahuan Public Relations dalam Mendukung Peran Sekretaris di Perusahaan’.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keterkaitan sekretaris dengan aktivitas public relations?
2. Bagaimana aktivitas public relations dapat memelihara dan membangun citra perusahaan?

TINJAUAN PUSTAKA

A. Public Relations
Public relation menurut ICPR (International Center of Public Relation), yaitu sebuah pusat pengembangan ke-PR-an yang bekerja sama dengan The Jakarta Consulting Group, public relations ialah usaha terencana yang menyeluruh di dalam organisasi yang dilakukan melalui proses komunikasi dua arah baik ke dalam maupun keluar perusahaan dalam rangka mencapai tujuan spesifik perusahaan.

B. Sekretaris
Menurut H.W. Fowler dan F.G. Fowler, sekretaris adalah :
Orang yang bekerja pada orang lain untuk membantu dalam korespondensi, pekerjaan tulis-menulis, mendapatkan informasi dan masalah rahasia lainnya;
Pegawai yang ditunjuk oleh masyarakat/ perusahaan/ perserikatan untuk mengerjakan korespondensi, warkat, terutama yang berurusan dengan perusahaan;
Secara umum, sekretaris adalah orang yang membantu tugas-tugas pimpinan mulai dari yang menerima dikte, mengkonsep surat/korespondensi, menerima telepon/tamu, memeriksa/mengingatkan pimpinan atas tugas/janji yang telah dibuat, atau hal-hal lain yang dapat membuat kerja pimpinan semakin efektif.
Macam-macam sekretaris, dibedakan sesuai dengan kedudukan, wewenang, dan tanggungjawab, yaitu:
Sekretaris Eksekutif : sekretaris yang berfungsi menjalankan fungsi manajer eksekutif, memiliki staf atau bawahan. Sekretaris eksekutif pada umumnya sekretaris pada suatu unit organisasi (misal : sekretaris jendral, sekretaris inspektorat jendral, sekretaris wilayah, sekretaris dewan, sekretaris yayasan);
Sekretaris Pribadi : sekretaris yang berperan membantu pimpinan, tidak punya anak buah (misal : sekretaris direktur, sekretaris manajer, sekretaris rektor).

C. Perusahaan
Perusahaan adalah badan usaha atau kegiatan usaha yang secara remi telah terdaftar pada pemerintahan, yaitu seluruh kegiatan usaha yang telah memiliki badan hukum.
Badan usaha dibedakan menjadi :
1. Badan usaha milik negara :
a. Perusahaan Jawatan (Perjan);
b. Perusahaan Umum (Perum);
c. Perusahaan Perseroan (Persero);
d. Perusahaan Daerah (PD).
2. Badan usaha milik swasta, dan
3. Koperasi.

PEMBAHASAN

A. Keterkaitan Sekretaris dengan Aktivitas Public Relations
Posisi seorang sekretaris sering menuntut adanya kemahiran sendiri untuk menjadi public relations officer karena seringnya seorang sekretaris menjadi contact person dengan partner eksternal. Sekretaris mempunyai peran yang strategis sebagai salah satu sumber informasi bagi para pengambil keputusan. Dalam menghadapi situasi persaingan yang semakin ketat saat ini, kemapanan citra perusahaan perlu terus-menerus dipertahankan, salah satunya melalui kemantapan dan ketepatan cara kerja seorang sekretaris dalam ‘mengamankan’ perusahaan. Dalam hal ini, selain pemahaman terhadap kebijakan perusahaan, kehandalan untuk menerapkannya secara praktis dan taktis, seorang sekretaris perlu pula mengoptimalkan kemampuannya untuk melakukan komunikasi secara profesional dan strategis.
Kedudukan sekretaris sebagai sumber informasi bagi pimpinan dan sebagai penyampai informasi dari pimpinan kepada pihak yang berkaitan menjadikan sekretaris sebagai ‘pejabat humas’. Jabatan sekretaris yang mempunyai akses langsung kepada manajemen puncak sangat memungkinkan untuk bertindak sebagai public relations officer. Terdapat beberapa hal lainnya yang menyebabkan seorang sekretaris sangat layak untuk berfungsi sebagai public relations officer.
Pertama, adalah kesempatan untuk berhubungan secara cepat dan langsung dengan pimpinan tanpa melalui orang lain. Kedua, dengan kedudukannya yang demikian, akan memungkinkan seorang sekretaris dapat mengikuti rapat-rapat staf inti. Ketiga, dengan akses terhadap personal maupun informasi yang dimilikinya, sekretaris dapat mengetahui latar belakang dari suatu kebijaksanaan dan keputusan yang diambil.
Dengan ketiga aspek yang dimiliki tersebut seorang sekretaris akan mendapat informasi langsung dari tangan pertama tentang informasi yang langsung disebarkan dan informasi yang harus disimpan. Sekretaris akan mengetahui tindak lanjut dari keputusan yang telah diambil dan dapat memantau perkembangannya.
Dalam perannya sebagai public relations officer, sekretaris hendaknya tidak hanya bersikap reaktif, tetapi harus menjadi sumber informasi. Perannya berkaitan juga dalam pemberian sumbang saran untuk mengevaluasi umpan balik masyarakat terhadap kebujaksanaan perusahaan.
Agar tugas-tugas sekretaris sebagai PR dapat berjalan dengan baik, seorang sekretaris harus membangun hubungan baik dengan pihak internal maupun eksternal. Hubungan yang baik ini akan membentuk suatu jaringan kerja (network).
Jaringan kerja internal yang dibangun misalnya dengan resepsionis, keuangan, personalia, direksi/manajer lain, dan sekretaris lain. Jaringan kerja internal ini sangat penting dalam kegiatan sekretaris yang berkaitan dengan PR internal. Misalnya seorang sekretaris direktur utama harus menyampaikan keputusan pimpinannya kepada segenap anggota organisasi. Dia harus berhubungan dengan bagian personalia, manajer lain. Walaupun misalnya mekanisme formal dalam organisasi sudah ada, tetapi hubungan personal yang baik akan memperlancar tugas tersebut.
Hubungan eksternal yang baik akan sangat mendukung tugas sekretaris yang berkaitan dengan aktivitas PR. Pembinaan hubungan yang baik dengan pihak luas misalnya klien, kalangan pemerintah dan masyarakat luas akan banyak membantu kegiatan PR.

B. Aktivitas Public Relations Dapat Memelihara dan Membangun Citra Perusahaan
Seorang sekretaris dengan kedudukannya sebagai orang terdekat dengan pimpinan puncak sering bertindak sebagai public relations officer, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Hal ini berkaitan dengan tanggungjawabnya untuk menjaga citra perusahaan. Karena itu seorang sekretaris wajib dibekali pengetahuan mengenai ke-PR-an, agar dapat memahami masalah-masalah ke-PR-an secara mendalam dan memberi kontribusi dalam batas-batas kewenangannya.
Mengatasi suatu masalah yang secara bersama dianggap merugikan, merupakan salah satu aktivitas pubic relations memelihara atau membentuk citra perusahaan. Aktivitas ini dilakukan perusahaan bekerjasama dengan lembaga lain yang bertujuan untuk mengatasi masalah yang dirasakan merugikan masyarakat luas.
Dengan aktivitas ini, perusahaan akan menunjukkan pada masyarakat bahwa mereka juga memperhatikan masalah-masalah tersebut. Di Indonesia banyak sekali lembaga-lembaga nirlaba yang dapat diajak bekerja sama dalam proyek ini.
Aktivitas public relations harus selaras dengan tujuan perusahaan, terutama mengenai hal-hal yang ingin dicapai oleh manajemen dalam aktivitasnya. Hal-hal yang dapat dilakukan public relations dalam mendukung tujuan perusahaan, yaitu:
1. Mempromosikan barang atau jasa.
2. Mendeteksi isu dan peluang yang berpengaruh pada perusahaan.
3. Menetapkan bentuk organisasi dalam berhubungan dengan publik.
4. Meningkatkan nama baik terhadap seluruh karyawan.
5. Mencegah dan menyelesaikan masalah ketenagakerjaan.
6. meningkatkan nama baik pemegang saham.
7. menghindari kesalahpahaman atau kecurigaan publik terhadap perusahaan.
8. Menginvestigasi perilaku kelompok-kelompok yang mempengaruhi organisasi.
9. Memformulasikan kebijakan-kebijakan dan cara penerapannya.
10. Memperhatikan perubahan-perubahan yang berhubungan dengan public relation.

Kapan aktivitas public relations dilakukan, kembali kepada kebijaksanaan perusahaan apa yang ingin dicapai dalam aktivitasnya tersebut. Pada prinsipnya aktivitas public relations untuk meningkatkan citra perusahaan, tetapi juga harus dipertimbangkan tujuan-tujuan khusus yang disesuaikan dengan tujuan perusahaan.


Berikut ini beberapa tujuan perusahaan yang membutuhkan dukungan dari aktivitas public relations berkaitan dengna citra perusahaan.
a. Untuk mengubah citra perusahaan;
b. Untuk mendukung usaha-usaha pemasaran dan promosi perusahaan;
c. Untuk mengimbangi publikasi yang merugikan perusahaan dan mengembalikan kepercayaan konsumen;
d. Untuk membuat pemerintah dan lembaga legislatif memperhatikan aktivitas perusahaan;
e. Menunjukkkan semangat untuk memberikan terbaik kepada masyarakat dengan menarik produk yang dianggap gagal atau rusak, yang dapat merugikan;
f. Untuk menjelaskan kebingungan konsumen dengan masuknya produk palsu atau produk imitasi.
Peran sekretaris sebagai salah satu figur public relations officer mempunyai peran penting, karena kedudukan sebagai kepanjangan tangan direksi atau manajemen. Kedudukan strategis tersebut menjadikan seorang sekretaris harus mengemban tanggungjawab yang lebih ditekankan untuk fungsi sebagai penjaga citra perusahaan dan menghadapi situasi krisis. Sekretaris harus menjalankan fungsi PR dengan baik, terutama dalam situasi krisis. Situasi krisis datang secara mendadak dan perlu penanganan segera, sehingga seorang sekretaris yang dekat dengan pengambil keputusan mempunyai peran yang cukup penting. Dalam situasi yang cukup krisis, sekretaris akan bertindak sebagai “pasukan pemadam sukarela” untuk meyelamatkan citra perusahaan. Situasi krisis sering diartikan sebagai saat yang dapat mempengaruhi hidup matinya perusahaan.

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengetahuan public relations wajib dimiliki oleh seorang sekretaris guna menghadapi perannya sebagai figur public relations atau “pejabat humas” di mata masyarakat, yaitu kemahiran sekretaris untuk mengahadapi atau sebagai citra perusahaan baik di pihak internal maupun eksternal. Karena sekretaris mempunyai peran yang strategis sebagai salah satu sumber informasi bagi para pengambil keputusan. Dalam menghadapi situasi persaingan yang semakin ketat saat ini, kemapanan citra perusahaan perlu terus-menerus dipertahankan, salah satunya melalui kemantapan dan ketepatan cara kerja seorang sekretaris dalam ‘mengamankan’ perusahaan, yaitu dengan komunikasi yang tepat, profesional, dan strategis. Karena peran sekretaris itu sendiri sebagai “secret” dari perusahaan.
Sekretaris harus menjalankan fungsi PR dengan baik, terutama dalam situasi krisis. Situasi krisis datang secara mendadak dan perlu penanganan segera, sehingga seorang sekretaris yang dekat dengan pengambil keputusan mempunyai peran yang cukup penting. Dalam situasi yang cukup krisis, sekretaris akan bertindak sebagai “pasukan pemadam sukarela” untuk meyelamatkan citra perusahaan. Situasi krisis sering diartikan sebagai saat yang dapat mempengaruhi hidup matinya perusahaan.

Kurikulum dan Perkembangan Jiwa

Kurikulum dan Perkembangan Jiwa


Anak adalah yang akan melakukan tindakan belajar. Pendidikan yang dilakukan tidaklah hanya memberikan sesuatu kepada anak, tetapi juga mengembangkan dan menumbuhkan potensi yang telah ada pada anak tersebut. Oleh karenanya pengembangan kurikulum yang dilakukan harus bertolak pada kebutuhan anak, tingkat-tingkat perkembangan anak, serta bakat dan minat anak. Dengan demikian, bagaimana seharusnya meramu komponen-komponen kurikulum sehubungan dengan perkembangan jiwa anak di masa sekarang. Masa dimana terjadi transisi di berbagai lini kehidupan dalam kaitannya era globalisasi dan industrialisasi.

Kurikulum merupakan alat yang sangat penting dalam keberhasilan suatu pendidikan, tanpa kurikulum yang tepat maka akan sulit mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang dicita-citakan. Maka terdapat usaha untuk mengembangkan dan pembaharuan kurikulum dari masa ke masa sesuai dengan perubahan yang terjadi di masyarakat. Pengembangan kurikulum yang dilakukan bertolak pada kehidupan dan pekerjaan orang dewasa. Hal ini disebabkan lembaga sekolah mempersiapkan anak agar dapat hidup di masyarakat dan memenuhi kebutuhan hidupnya pada nantinya.

Selain itu, sumber dari pengembangan kurikulum adalah budaya. Manusia adalah makhluk yang berbudaya, hidup dalam lingkungan budaya, dan turut menciptakan budaya. Maka untuk dapat hidup dalam lingkungan budaya, anak harus mempelajari budaya. Yang merupakan budaya adalah nilai-nilai, adat istiadat, perilaku, benda-benda, dll.

Kekuasaan sosial politik ternyata juga ikut berpengaruh pada pengembangan dan penyusunan kurikulum. Seperti yang terjadi pada tahun-tahun terakhir, yaitu tahun 2004 telah muncul kurikulum baru dari sebelumnya yang dinamakan KBK, dan tidak lama setelah itu seiring pergantian pemerintahan terbitlah kurikulum yang lebih baru bernama KTSP. Pemegang kekuasaan politik dan pemerintahan sangat menentukan kebijakan dalam kurikulum.

Namun tentunya, jika melihat perubahan dari pengembangan-pengembangan kurikulum yang dilakukan, tidak ada perbedaan yang mencolok dari kurikulum-kurikulum tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa para pengembang kurikulum juga memperhitungkan aspek pengalaman-pengalaman kurikulum sebelumnya. Dengan demikian pengalaman kurikulum sebelumnya adalah sumber dari pengembangan kurikulum selanjutnya.

Sumber yang terakhir adalah anak. Anak adalah yang akan melakukan tindakan belajar. Pendidikan yang dilakukan tidaklah hanya memberikan sesuatu kepada anak, tetapi juga mengembangkan dan menumbuhkan potensi yang telah ada pada anak tersebut. Oleh karenanya pengembangan kurikulum yang dilakukan harus bertolak pada kebutuhan anak, tingkat-tingkat perkembangan anak, serta bakat dan minat anak. Dengan demikian, bagaimana seharusnya meramu komponen-komponen kurikulum sehubungan dengan perkembangan jiwa anak di masa sekarang. Masa dimana terjadi transisi di berbagai lini kehidupan dalam kaitannya era globalisasi dan industrialisasi.

E

Saat ini masyarakat Indonesia berada pada kondisi transisional. Kondisi tersebut berdampak secara sosiologis, yaitu masyarakat mengalami kondisi peralihan yang penuh dilema di hampir semua dimensi kehidupan. Kondisi geografis negara Indonesia yang berupa kepulauan mengakibatkan beragamnya suku-suku bangsa yang ada di masyarakat Indonesia. Dan seiring dengan perkembangan jaman, masyarakat Indonesia mengalami peralihan dari masyarakat peramu, masyarakat pemburu, masyarakat holtikultur, masyarakat agrikultur, menjadi masyarakat industri yang berorientasi pada globalisasi industrialisme barat.

Pada era industrialisasi, masyarakat diperkenalkan dengan berbagai produk berupa barang, jasa, dan sistem teknopraktis. Hampir berbagai lapisan sosial masyarakat Indonesia baik lapisan atas, tengah, maupun bawah telah menggunakan produk era industrialisasi ini. Produk-produk tersebut dapat berupa alat perlengkapan hidup, buku-buku bacaan, sistem dan program pendidikan serta pelatihan, gaya hidup, dll. Dan tentunya kehadiran berbagai produk teknopraktis ini menimbulkan keterkejutan budaya atau shock culture pada masyarakat dengan berbagai bentuk reaksi. Kehadiran produk-produk teknopraktis industri maju tersebut juga menggeser sistem kerajinan atau teknologi lokal secara partial ataupun total. Sehingga masyarakat hanya berperan sebagai pengguna saja terhadap produk-produk teknopraktis tersebut, tidak lagi produktif dan kreatif mencipta atau menemukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Tidak dapat dielakkan, kehadiran produk-produk era industrialisasi ini juga menyentuh kehidupan anak-anak usia sekolah. Ada bermacam-macam produk yang beredar di masyarakat sebagai hard ware atau life ware (barang dan alat hidup) seperti sepeda motor, mobil, radio, televisi, telephone, handphone, video game, play station, dll (Dimyati, 2001). Dan akibat sentuhan produk-produk teknopraktis tersebut, kebiasaan hidup dan perilaku masyarakat juga anak usia sekolah mengalami perubahan.

Perubahan tersebut mungkin disadari oleh masyarakat terutama oleh para orang tua. Namun mereka telah masuk dan terlibat dalam sistem kehidupan globalisasi industrialisme, sehingga sulit untuk melakukan antisipasi terhadap perubahan tersebut. Hubungan perasaan antara orang tua dan anak juga mengalami pergeseran. Ikatan-ikatan sentimental antara orang tua dan anak sangat renggang. Para ibu sudah jarang mengasuh anak mereka sendiri, karena mereka juga mencari nafkah untuk ikut menopang ekonomi keluarga. Akibatnya jiwa anak-anak berkembang tanpa adanya kontrol dari keluarga. Mereka bebas menyerap segala informasi dari manapun, media massa, lingkungan, sekolah, dll.

P

Mengapa perkembangan jiwa anak-anak perlu diperhatikan? Bukankah jiwa anak-anak akan berkembang secara alami dengan sendirinya?, jawabannya adalah tidak lagi. Banyak ilmuwan percaya bahwa emosi manusiawi berkembang melalui mekanisme kelangsungan hidup. Rasa takut telah melindungi anak dari bahaya dan membuat berfikir tentang cara menghindari bahaya. Marah membantu anak mengatasi hambatan-hambatan untuk mendapatkan yang dibutuhkan. Bahagia akan dirasakan anak saat dalam kebersamaan dengan orang lain dan membantunya untuk menjalin hubungan dengan sesama.

Namun, meskipun perkembangan emosi jiwa sifatnya adaptif, kehidupan modern di era globalisasi dan maraknya produk teknopraktis telah menghadirkan banyak tantangan jiwa emosional anak yang tidak dapat diantisipasi secara alami. Sebagai contoh, akibat menonton televisi dengan tayangan kekerasan dan bermain video game dengan tema pertarungan maka emosi jiwa anak mudah marah dan meledak-ledak ketika mengalami sedikit gangguan.

Dalam psikologi perkembangan (Developmental Psychology), terdapat cara-cara sederhana yang dapat mengubah perilaku anak-anak. Sebagai contoh, terhadap anak-anak yang cenderung sering berkelahi, diajarkan kepada mereka “teknik kura-kura”. Saat keinginan berkelahi muncul maka anak-anak akan membayangkan dirinya sebagai kura-kura yang sedang menarik kepalanya ke dalam cangkangnya. Ia harus menjaga agar lengan tetap di samping, kaki rapat, dan menarik dagunya hingga ke leher. Ia harus berbuat demikian sambil perlahan-lahan menghitung sampai sepuluh, dan bernafas dalam-dalam pada setiap hitungan (Shapiro 2001).

Teknik seperti ini sangat sederhana dan anak-anak senang mempelajarinya namun mengandung manfaat besar. Saat lengan dan kaki harus dirapatkan, anak-anak tidak dapat memukul dan menendang. Saat mereka menghitung sampai sepuluh, sambil bernafas pada setiap hitungan maka tubuh mereka mengirim sinyal ke otak untuk mengurangi produksi bahan kimia tertentu yang berhubungan dengan sikap agresif yang berfungsi membangkitkan kemarahan dan kecenderungan berkelahi. Saat mereka menarik dagu ke dada, maka posisi ini memaksa mereka untuk memutuskan kontak mata dengan anak lain yang dianggap sebagai lawannya. Dengan demikian maka mereka akan kehilangan keinginan untuk berkelahi.

T

Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan anak, yaitu pendekatan pentahapan (stage approach), pendekatan diferensial (diferential approach), pendekatan ipsatif (ipsative approach). Menurut pendekatan pentahapan, perkembangan individu berjalan melalui tahap-tahap perkembangan. Setiap tahap perkembangan mempunyai karakteristik tertentu yang berbeda dengan tahap yang lain. Pendekatan diferensial melihat bahwa individu memiliki persamaan dan perbedaan. Atas dasar persamaan dan perbedaan tersebut individu dikategorikan atas kelompok-kelompok yang berbeda. Kedua pendekatan tersebut menarik generalisasi yang berlaku untuk semua individu. Pendekatan ketiga yaitu ipsatif berusaha melihat karakteristik individu-individu yang kemudian dikelompokkan.

Stanley Hall adalah seorang ahli psikologi perkembangan. Hall membagi keseluruhan masa perkembangan anak menjadi empat tahap. Masa kanak-kanak (infancy), usia 0-4 tahun, merupakan masa kehidupan sebagai binatang melata dan berjalan. Masa anak (childhood), usia 4-8 tahun, masa manusia pemburu. Masa Puer (youth), usia 8-12 tahun, masa manusia belum beradab. Masa remaja (adolescence), usia 12/13 tahun sampai dewasa, merupakan masa manusia beradab.

Robert J. Havighurst menyusun fase-fase perkembangan atas dasar problema-problema yang harus dipecahkan pada setiap fase. Tuntutan akan kemampuan memecahkan problema pada setiap fase disebut tugas-tugas perkembangan (developmental tasks). Adapun tugas-tugas tersebut adalah sebagai berikut:

§ Kebergantungan-kemandirian

§ Memberi-menerima kasih sayang

§ Hubungan Sosial

§ Perkembangan kata hati

§ Peran bio-sosio dan psikologis

§ Penyesuaian dengan perubahan badan

§ Penguasaan perubahan badan dan motorik

§ Belajar memahami dan mengontrol lingkungan fisik

§ Pengembangan kemampuan konseptual dan sistem simbol

§ Kemampuan melihat hubungan dengan alam semesta

Jean Piaget mengemukakan tahap-tahap perkembangan dari kemampuan kognitif anak. Dalam perkembangan kognitif yang terpenting adalah penguasaan dan kategori konsep-konsep. Melalui penguasaan konsep-konsep itu, anak mengenal lingkungan dan memecahkan berbagai problema yang dihadapi dalam kehidupan. Terdapat 4 tahap perkembangan kognitif anak :

§ Tahap sensorimotor, usia 0-2 tahun

§ Tahap praoperasional, usia 2-4 tahun

§ Tahap kongkrit operasional, usia 7-11 tahun

§ Tahap formal operasional, usia 11-15 tahun

Erikson, salah seorang tokoh psikoanalisis memusatkan studinya terhadap perkembangan psikososial. Berikut perkembangan psikososial milik Erikson yang paralel dengan psikososial milik Freud.

Tahap

Usia

Krisis Psikososial Erikson

Kemampuan

Perkembangan Psikososial Freud

I

0 - 1

Trust - Mistrust

To get–to give in return

Oral respiratory

II

2-3

Autonomy–Shame, Doubt

To hold on - to let go

Anal - Urethral

III

3-6

Initiative-Guilt

To make–to make like playing

Infantil - gential

IV

7-12

Industr-inferiority

To make thing-to make thing together

Latency

V

12-18

Indentity & Repudation identity diffusion

To be one self - to share being on self

Puberty and adolescence

VI

20-an

Intimacy & Solidarity Isolation

To lose and find one self

Nature Genitality

VII

20-an-50-an

Generativity-Self Absorption

To make be, to take care of

-

VIII

50-an keatas

Integrity-Dispair have been, to

To be through face not being

Tuntutan perkembangan jaman dan masa peralihan menuntut individu-individu untuk bersaing ketat. Akibatnya para orang tua dan sekolah lebih fokus pada perkembangan intelegensi anak dari pada perkembangan jiwanya. Tanpa disadari orang tua dan sekolah memberi kemudahan dan menyediakan fasilitas-fasilitas agar anak lebih cerdas dan belajar, tanpa tindakan antisipasi atau pendampingan saat mereka memanfaatkan fasilitas tersebut. Hal ini tentunya kurang bijaksana.

Televisi

Televisi adalah salah satu produk dari era globalisasi industrialisasi. Kasus yang baru-baru ini terjadi akibat tayangan televisi adalah “Smackdown”. Smackdown pada awalnya merupakan program tayangan impor bidang olahraga wrestling yang segmentasinya ditujukan untuk orang dewasa laki-laki. Program ini menjadi heboh karena terdapat kejadian seorang anak bernama Reza Ikhsan Fadilah berumur 9 tahun siswa kelas III SDN Cingcin I Katapang Kabupaten Bandung, Jawa Barat yang meninggal dunia akibat di “smackdown” temannya sendiri. Kejadian ini berlangsung pada pertengahan November 2006. Reza meninggal setelah sempat sakit seusai bermain gulat bebas bersama tiga temannya. Sejumlah saksi menuturkan, bahwa Reza dipelintir kedua tangannya ke belakang dan kemudian ditindih tiga temannya. Permainan ini dilakukan untuk meniru-niru adegan yang mereka lihat dalam tayangan televisi. Rasa ingin tahu anak-anak ditambah masa pencarian akan tokoh-tokoh yang dapat dijadikan pahlawan atau panutan, mungkin adalah pendorong dari mengapa anak-anak melakukan hal tersebut.

Internet

Produk lain adalah komputer. Saat ini komputer telah dilengkapi dengan sambungan internet. Internet akan membuka sebuah dunia baru untuk mengajarkan keterampilan-keterampilan, baik kognitif maupun emosional dan sosial kepada anak-anak. Seperti televisi, internet juga memiliki dampak negatif terhadap perkembangan jiwa anak. Sebagai contoh, terdapat kasus bahwa anak-anak kabur meninggalkan rumah karena terbujuk oleh sahabat pena dari internet. Ada pula kasus tentang pornografi yang merajalela di internet. Dan yang lebih parah lagi terdapat kasus bunuh diri oleh seorang anak akibat terjerumus dibawah pengaruh situs tertentu yang tidak bertanggung jawab. Meskipun terdapat perangkat lunak seperti cyberportal untuk memblokir alamat web tertentu yang dipandang berbahaya bagi perkembangan jiwa anak, namun tetap saja orang tua sangat dibutuhkan perannya dalam hal ini.

Melihat karakter perkembangan jiwa anak yang demikian rentan, maka orang tua, guru, dan pemerintah seharusnya melindungi perkembangan jiwa anak-anak. Salah satu perlindungan dapat dilakukan pada kegiatan pendidikan.

Kegiatan pendidikan adalah kegiatan interaksi antara generasi tua dan muda. Kegiatan tersebut bersifat multi dimensional, sebab kegiatan terdidik tersebut tertuju pada objek terdidik berupa anak manusia yang berbakat. Maka tentunya kegiatan mendidik perlu mempertimbangkan jiwa perkembangan anak.

Peran Orang Tua

Orang tua tidak seharusnya menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya pada lembaga sekolah. Peran orang tua tetap sangat berdampak pada perkembangan jiwa dan intelektualitas anak. Jika memang waktu adalah kendalanya, maka sebenarnya kualitas waktu yang diperlukan bukan kuantitas. Banyak juga orang tua yang hanya di rumah dan bertemu anaknya sepanjang hari namun tidak berdampak besar pada perkembangan anaknya. Karena tidak memanfaatkan dan melakukan hal-hal yang seharusnya dapat dilakukan. Salah satu cara yang dapat dilakukan orang tua untuk mengembangkan potensi anaknya.

§ Lestarikan kembali budaya mendongeng kepada anak.

Menurut penelitian yang dilakukan seorang ahli, ternyata dongeng mengandung manfaat sebagai berikut: (a) mengembangkan daya imajinasi dan pengalaman emosional, (b) memuaskan kebutuhan ekspresi diri melalui proses identifikasi, (c) memberikan pendidikan moral tanpa menggurui anak, (d) memperlebar cakrawala mental anak, (e) menumbuhkan rasa humor pada anak, (f) memberikan persiapan apresiasi sastra pada anak.

Mendongeng merupakan kegiatan yang menandakan kasih sayang orang tua kepada anak. Melalui dongeng terjadi kegiatan membuka diri, disamping itu berbagai perasaan dan nilai-nilai dapat secara tanpa disadari tertransfer dari orang tua kepada anak. Terdapat penelitian yang menyatakan bahwa intelegensi anak-anak yang kurang didongengi ternyata lebih rendah dibanding anak-anak yang banyak didongengi.

§ Lestarikan kembali budaya membaca kepada anak.

Kegemaran membaca tidak timbul pada anak sejak lahir. Kegemaran ini tumbuh dengan baik jika lingkunganya mendukung. Disinilah peran aktif orang tua dibutuhkan. Orang tua dapat memberikan kado berupa buku pada perayaan Ultah anaknya, bukan mainan atau video game. Orang tua dapat membuat perpustakaan pribadi di rumahnya dan mengisinya dengan bahan bacaan yang membangun kreatifitas, imajinasi, dan intelektualitas anak.

§ Ajak anak bermain dan berpetualang.

Bermain bagi seorang anak adalah kebutuhan. Dengan bermain anak-anak dapat mengembangkan semua potensi pada dirinya, moral, sosial, ekspresi dan sebagainya. Dengan bermain anak juga dapat menyalurkan energinya serta memiliki kesempatan tertawa bebas dan bercanda.

§ Luangkan waktu untuk mendampingi anak saat menonton program tayangan televisi.

Hampir tidak ada anak yang tidak suka menonton televisi. Berbagai hal yang disajikan televisi memikat anak-anak, membuat mereka menemukan hal-hal yang menyenangkan. Namun tayangan televisi tidak seluruhnya baik ditonton oleh anak pada usia tertentu. Jadi orang tua harus mendampingi anaknya untuk memberikan arahan dn memilih program acara yang aman untuk anak.

Peran Guru

Seorang guru harus menghayati profesinya sebagai seorang pendidik. Tugas dan perannya tidak hanya sebatas anak berhasil menguasai ilmu dan keterampilan tertentu. Tetapi juga bertanggung jawab atas perkembangan jiwa, moral dan perilaku seorang anak. Oleh karenanya, peran seorang guru sama besarnya dengan peran orang tua. Guru yang baik mampu memberi contoh dan menjadi tauladan serta panutan bagi anak didiknya.

Peran Masyarakat

Masyarakat adalah tempat dimana anak-anak akan terjun nantinya jika mereka dewasa. Masyarakat dan lingkungan yang baik akan memberi pengaruh yang baik pula pada perkembangan jiwa anak-anak. Masyarakat yang baik dan terdidik akan membangun bangsa yang maju dan beradab.

Meramu

Fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Maka hal ini berarti bahwa sebagai alat, kurikulum memiliki komponen-komponen penunjang yang saling mendukung satu sama lain. Adapun komponen-komponen kurikulum terdiri dari komponen tujuan, isi, proses, dan evaluasi.

Dengan melihat kemajuan jaman, perubahan yang terjadi di masyarakat dan bagaimana perkembangan jiwa anak pada masa tersebut maka tentunya seorang guru meramu kurikulum sesuai dengan perkembangan yang terjadi. Maka perlu diadakan penyesuaian-penyesuaian terhadap kurikulum dengan perkembangan jiwa anak, dalam hal ini adalah komponen-komponen kurikulum.

Tujuan merupakan hal yang paling penting dalam proses pendidikan. Tujuan mencakup hal-hal yang diinginkan untuk dicapai yang mencakup domain kognitif, afektif dan psikomotor. Domain kognitif mengarah pada perkembangan akal dan intelektual anak didik, domain afektif mengarah pada perkembangan jiwa dan rohani anak didik, sedangkan domain psikomotor mengarah pada perkembangan keterampilan jasmani anak didik. Tujuan pendidikan terkait dengan domain-domain tersebut jika dirinci lebih lanjut adalah sebagai berikut.

Tujuan Pendidikan Nasional.

Merupakan tujuan yang paling tinggi dalam hirarkhi tujuan-tujuan yang ada, yang bersifat ideal dan dikaitkan dengan falsafah Pancasila.

Tujuan Institusional

Merupakan tindak lanjut dari tujuan pendidikan nasional. Sistem pendidikan Indonesia memiliki jenjang yang melembaga pada suatu tingkatan. Tiap lembaga tersebut memiliki tujuan pendidikan yang disebut sebagai tujuan institusional.

Tujun Kurikuler

Merupakan tindak lanjut dari tujuan institusional. Dalam melaksanakan pendidikan di suatu lembaga pendidikan, isi pengajaran yang disusun diharapkan dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Suatu lembaga pendidikan memiliki tujuan kurikuler yang biasanya dapat dilihat di GBPP dari suatu bidang studi.

Tujuan Instruksional

Merupakan tujuan yang bersifat operasional. Diharapkan dapat tercapai pada saat terjadinya proses pembelajaran yang bersifat langsung dan terjadi di setiap pembahasan.

Komponen tujuan merupakan titik awal dari proses penyesuaian kurikulum dengan perkembangan jiwa anak. Pendidikan bertujuan mengembangkan pribadi yang utuh dan serasi baik di dalam dirinya maupun dengan lingkungan secara menyeluruh. Kurikulum yang sesuai dengan perkembangan jiwa anak adalah kurikulum yang menjamin pengembangan pribadi, aktulisasi diri, dan segala potensi anak secara utuh. Penyesuaian tujuan kurikulum diarahkan kepada perkembangan jiwa anak dengan memperhatikan perkembangan psikososial dan agama.

Dalam hal ini seorang guru dapat meramu pada tingkat tujuan instruksional yang bersifat operasional. Bagaimana meramu tujuan instruksional yang sesuai dengan perkembangan jiwa anak, adalah tergantung pada kreativitas guru bidang studi masing-masing. Sebagai contoh untuk bidang studi Teknologi Komunikasi dan Informasi (TIK) pada jenjang SMA. Anak SMA (usia 15-18 tahun) menurut krisis psikososial Erikson masuk pada masa identifikasi jati diri dengan kemampuan menjadi diri sendiri. Melihat hal ini seorang guru TIK dapat menyusun tujuan instuksional bidang studi TIK yang mengakomodasi perkembangan jiwa anak pada masa tersebut. Siswa mampu mengembangkan web site pribadi contohnya, berisi tentang profil diri masing-masing siswa, bisa juga diisi dengan catatan harian atau perjalanan saat mereka berlibur, dll. Siswa akan sangat tertarik dan bersemangat mengerjakan tugas tersebut. Dengan demikian, yang diperoleh siswa adalah keterampilan membangun website dan juga keterampilan menyusun atau merangkai bahasa.

Komponen isi merupakan materi yang diprogramkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan. Isi atau materi yang dimaksud merupakan bidang studi/mata pelajaran.

Prinsip Pengembangan Isi Kurikulum

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut.

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.

b. Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.

e. Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.

f. Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Saat ini tampak bahwa para pengembang kurikulum lebih mengutamakan penyusunan isi/bahan secara logis dan sistematis daripada menyelaraskan urutan isi dengan kemampuan berfikir dan perkembangan jiwa anak. Mereka umumnya kurang memperhatikan bagaimana siswa belajar sehubungan dengan perkembangan jiwa yang sedang terjadi pada anak usia tertentu. Penyesuaian isi kurikulum dengan perkembangan jiwa anak dapat ditempuh dengan cara berikut:

a. Isi yang berhubungan dengan tujuan pendidikan

§ Apa isi kurikulum yang direncanakan itu bermakna dan benar-benar valid serta berguna untuk menafsirkan, memahami dan menilai kehidupan yang kontemporer?

§ Apakah isi kurikulum itu berhubungan dengan masalah kehidupan?

§ Apakah isi kurikulum bermaksud memajukan pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang pada jiwa anak yang besangkutan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan?

b. Isi yang berhubungan dengan sifat anak

§ Apa isi kurikulum berguna untuk memberi kepuasaan terhadap usaha menjawab tantangan, minat dan masalah para anak?

§ Apa isi kurikulum tersebut sesuai dengan tingkat perkembangan, kematangan dan latar belakangan pengalaman anak?

§ Apa isi kurikulum tersebut mampu mengadaptasikan dan melayani perbedaan individual anak?

c. Isi yang bertalian dengan proses pendidikan

§ Apa isi kurikulum itu mampu membantu terciptanya situasi belajar yang berkesinambungan, dan interaktif, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara efektif, efisien dan mandiri?

§ Apa isi kurikulum yang direncanakan itu mampu mengembangkan kemampuan asosiasi pada diri anak dengan kehidupan sehari-hari dalam masyarakat?

§ Apa isi kurikulum itu mengandung motivasi intrinsik pada diri anak yang mendorong kegiatan belajar?

§ Apa isi kurikulum tersebut menjamin keseimbangan antara bidang-bidang studi dan menjamin keseimbangan dengan kekuatan-kekuatan pendidik lainnya?

K

Prinsip Pelaksanaan Kurikulum

Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut.

a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.

b. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu: (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.

d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sung tulada (di belakang memberikan daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan contoh dan teladan).

e. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multi strategi dan multi media, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan).

f. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.

g. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

Strategi

Dalam proses pembelajaran guru perlu memahami dan menguasai strategi pembelajaran. Strategi menunjuk pada suatu pendekatan, metode dan peralatan mengajar. Strategi merupakan cara yang digunakan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran. Strategi yang tepat akan mengantarkan pada suatu hasil belajar yang memuaskan.

Media dan Sarana

Media dan sarana merupakan alat bantu untuk memudahkan anak didik dan guru dalam proses pembelajaran. Penggunaan media dalam proses pembelajaran sangat disarankan agar materi dapat tersampaikan dengan baik. Media yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Terdapat bermacam-macam bentuk media mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Penggunaan media yang tepat dalam arti sesuai dengan materi yang diajarkan akan mampu mewujudkan hasil belajar yang memuaskan.

Proses belajar yang berlangsung merupakan proses terbentuknya konsep pengetahuan pada anak, oleh karena itu proses belajar harus disesuaikan dengan perkembangan jiwa anak. Dewasa ini kurikulum didasarkan pada prinsip belajar siswa aktif. Artinya proses belajar itu, anak dituntut belajar secara aktif, melakukan kegiatan, merasakan adanya masalah dan berusaha menemukan sendiri pemecahannya. Namun demikian seharusnya guru pun harus aktif dalam merencanakan, merancang pikiran dan jiwa anak, membimbing, menilai dan sebagainya, sehingga mampu menghasilkan proses belajar yang selaras dengan perkembangan jiwa anak.

Dalam hal ini ada beberapa prinsip belajar yang dapat dijadikan pegangan dalam pelaksanaan proses belajar, yaitu:

§ Belajar itu senantiasa bertujuan.

§ Belajar berdasarkan kebutuhan dan motivasi anak.

§ Belajar berarti mengorganisasi pengalaman.

§ Belajar memerlukan pemahaman.

§ Belajar bersifat keseluruhan (utuh atau umum), disamping khusus.

§ Belajar memerlukan ulangan dan latihan.

§ Belajar memperhatikan perbedaan individual dan jiwa anak.

§ Belajar harus bersifat kontinyu (ajeg).

§ Dalam proses belajar senantiasa terdapat hambatan-hambatan.

§ Hasil belajar adalah dalam bentuk perubahan perilaku anak secara menyeluruh.

Komponen E

Evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan. Tiap kegiatan akan memberikan umpan balik, demikian juga dalam pencapaian tujuan-tujuan belajar dan proses pelaksanaan mengajar. Umpan balik tersebut digunakan untuk mengadakan berbagai usaha penyempurnaan. Baik bagi penentuan dan perumusan tujuan mengajar, penentuan bahan ajar, strategi dan media mengajar.

Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas hasil pembelajaran. Evaluasi dapat dilakukan melalui tes. Tes dapat dibuat secara kualitatif dan kuantitatif. Bentuk tes yang digunakan dapat berupa:

§ Pilihan ganda, bentuk ini dapat mencakup banyak materi pelajaran, penskoran objektif, dan bisa dikoreksi dengan komputer. Namun membuat butir soal pilihan ganda yang berkualitas cukup sulit. Bentuk ini digunakan untuk ujian yang melibatkan banyak siswa dan waktu koreksi yang singkat. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi tergantung pada kemampuan pembuat soal (Ebel, 1979).

§ Uraian Objektif, bentuk ini cocok untuk mata pelajaran yang batasnya jelas seperti Matematika dan IPA. Tingkat berpikir yang diukur bisa sampai pada tingkat yang tinggi.

§ Uraian bebas, bentuk ini cocok untuk bidang ilmu-ilmu sosial. Tingkat berpikir yang diukur bisa sampai pada tingkat yang tinggi.

§ Uraian singkat, digunakan untukmengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa. Jumlah materi yang diujikan bisa banyak, namun tingkat berpikir yang diukur cenderung rendah.

§ Menjodohkan, digunakan untuk mengetahui fakta dan konsep.

§ Performans, digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang dalam melakukan tugas tertentu.

§ Portfolio, digunakan untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja siswa, dengan mengumpulkan karya-karya yang dihasilkan.

Berbicara tentang evaluasi perlu memperhatikan jenjang atau tingkat serta dampaknya, apakah dampak pengajaran atau dampak pengiring. Bentuk evaluasi belajar yang dilakukan disesuaikan dengan perkembangan jiwa anak pada saatnya. Beragam bentuk tes yang ada belum tentu sesuai untuk semua jenjang/usia. Perlu disesuaikan pula dengan jenis materi/konten. Bentuk tugas pun dapat disesuaikan dengan tujuan/dampak yang diharapkan. Dapat berupa tugas kelompok dan individu.

Sebagai contoh anak pada usia SD dan SMP dengan dan tingkat berpikir yang diukur tidak tinggi maka guru dapat menggunakan bentuk tes pilihan ganda atau menjodohkan. Sedangkan untuk anak usia SMA yang perkembangan jiwanya berada diatas usia SD dan SMP dan cara berpikir yang sudah cukup matang maka bentuk tes yang digunakan seharusnya yang lebih dari sekedar menjawab, meyebutkan atau menjodohkan. seharusnya sudah pada tahap analisis dan evaluasi atau dapat menggunakan uji performans dan portfolio.

Kurikulum merupakan suatu rancangan pendidikan. Suatu rancangan, akan menentukan pelaksanaan dan hasil-hasil pendidikan. Pendidikan mempersiapkan generasi muda untuk terjun di lingkungan masyarakat. Pendidikan memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.

Anak-anak merupakan bagian dari masyarakat. Anak-anak adalah pebelajar (usia 4-18 tahun/sub adolesence) harus mendapatkan pendidikan yang layak baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat yang kemudian akan diarahkan bagi kehidupan dalam masyarakat pula. Dalam meramu komponen kurikulum guru dapat melakukan penyesuaian dengan cara mengubah buku yang digunakan, mengubah jam (termasuk menambah/mengurangi), mengubah media dan mengubah isi dalam kurikulum disesuaikan dengan konteks dan perkembangan yang sedang berlangsung dalam jiwa anak didik.

Negara Indonesia yang terdiri dari kurang lebih 34 propinsi, 360-400 kota, 7000 desa dan 450-1000 suku bangsa idealnya memiliki sekolah laboratorium di setiap propinsinya. Dan sudah saatnya saat ini setiap sekolah memiliki peta kemajuan sekolah. Yang kemudian peta tersebut disebarluaskan kepada masyarakat baik lapis atas, tengah dan bawah. dan selanjutnya berguna untuk mengetahui sejauh mana perkembangan pendidikan di negara kita ini.

Bagaimanapun penyesuaian kurikulum dan perkembangan jiwa anak yang dilakukan, akan memerlukan kerjasama dari lima lembaga pendidikan. Terutama sekali lembaga keluarga dalam hal ini adalah orang tua. Orang tua bekerja sama dengan sekolah dan masyarakat membantu dan memotivasi anak untuk belajar, membantu sekolah meningkatkan hasil belajar anak, dan melengkapi fasilitas belajar.

Dengan pendidikan, tidak diharapkan muncul manusia-manusia yang asing terhadap lingkungan masyarakatnya. Tetapi manusia yang bermutu, mengerti dan mampu membangun masyarakatnya. Oleh karena itu komponen-komponen kurikulum harus diramu sesuai dengan nilai-nilai yang berkembang di tengah masyarakat baik secara agama, sosial budaya, teknologi, dunia usaha dan industri.

GANGGUAN PSIKIATRIK ANAK-ANAK DAN REMAJA


Gangguan jiwa pada anak-anak merupakan hal yang banyak terjadi, yang umumnya tidak terdiagnosis dan pengobatannya kurang adekuat. Masalah kesehatan jiwa terjadi pada 15% sampai 22% anak-anak dan remaja, namun yang mendapatkan pengobatan jumlahnya kurang dari 20% (Keys, 1998). Gangguan hiperaktivitas-defisit perhatian (ADHD/ Attention Deficit-Hyperactivity Disorder) adalah gangguan kesehatan jiwa yang paling banyak terjadi pada anak-anak, dimana insidensinya diperkirakan antara 6% sampai 9%.
Diagnosis gangguan jiwa pada anak-anak dan remaja adalah perilaku yang tidak sesuai dengan tingkat usianya, menyimpang bila dibandingkan dengan norma budaya, yang mengakibatkan kurangnya atau terganggunya fungsi adaptasi (Townsend, 1999). Dasar untuk memahami gangguan yang terjadi pada bayi, anak-anak, dan remaja adalah dengan menggunakan teori perkembangan. Penyimpangan dari norma-norma perkembangan merupakan tanda bahaya penting adanya suatu masalah.
Gangguan spesifik dengan awitan pada masa kanak-kanak meliputi retardasi mental, gangguan perkembangan, gangguan perkembangan, gangguan eliminasi, gangguan perilaku disruptif, dan gangguan ansietas. Gangguan yang terjadi pada anak-anak dan juga terjadi pada masa dewasa adalah gangguan mood dan gangguan psikotik. Gejala-gejala gangguan jiwa pada anak-anak atau remaja berbeda dengan orang dewasa yang mengalami gangguan serupa.

Jenis Gangguan Jiwa Anak-anak
1. Gangguan perkembangan pervasif. Ditandai dengan masalah awal pada tiga area perkembangan utama: perilaku, interaksi sosial, dan komunikasi.

a. Retardasi mental.

Muncul sebelum usia 18 tahun dan dicirikan dengan keterbatasan substandar dalam berfungsi, yang dimanifestasikan dengan fungsi intelektual secara signifikan berada dibawah rata-rata (mis., IQ dibawah 70) dan keterbatasan terkait dalam dua bidang keterampilan adaptasi atau lebih (mis., komunikasi, perawatan diri, aktivitas hidup sehari-hari, keterampilan sosial, fungsi dalam masyarakat, pengarahan diri, kesehatan dan keselamatan, fungsi akademis, dan bekerja.

b. Autisme

Dicirikan dengan gangguan yang nyata dalam interaksi sosial dan komunikasi, serta aktivitas dan minat yang terbatas (Johnson, 1997). Gejala-gejalanya meliputi kurangnya responsivitas terhadap orang lain, menarik diri dari hubungan sosial, kerusakan yang menonjol dalam komunikasi, dan respon yang aneh terhadap lingkungan (mis., tergantung pada benda mati dan gerakan tubuh yang berulang-ulang seperti mengepakkan tangan, bergoyang-goyang, dan memukul-mukulkan kepala)

c. Gangguan perkembangan spesifik

Dicirikan dengan keterlambatan perkembangan yang mengarah pada kerusakan fungsional pada bidang-bidang, seperti membaca, aritmetika, bahasa, dan artikulasi verbal.

2. Defisit perhatian dan gangguan perilaku disruptif
a. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

Dicirikan dengan tingkat gangguan perhatian, impulsivitas, dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan. Menurut DSM IV, ADHD pasti terjadi di sedikitnya dua tempat (mis., di sekolah dan di rumah) dan terjadi sebelum usia 7 tahun (DSM IV, 1994).

b. Gangguan perilaku

Dicirikan dengan perilaku berulang, disruptif, dan kesengajaan untuk tidak patuh, termasuk melanggar norma dan peraturan sosial. Sebagian besar nak-anak dengan gangguan ini mengalami penyalahgunaan zat atau gangguan kepribadian antisosial setelah berusia 18 tahun. Contoh perilaku pada anak-anak dengan gangguan ini meliputi mencuri, berbohong, menggertak, melarikan diri, membolos, menyalahgunakan zat, melakukan pembakaran, bentuk vandalisme yang lain, jahat terhadap binatang, dan serangan fisik terhadap orang lain.

c. Gangguan penyimpangan oposisi

Gangguan ini merupakan bentuk gangguan perilaku yang lebih ringan, meliputi perilaku yang kurang ekstrim. Perilaku dalam gangguan ini tidak melanggar hak-hak orang lain sampai tingkat yang terlihat dalam gangguan perilaku. Perilaku dalam gangguan ini menunjukkan sikap menentang, seperti berargumentasi, kasar, marah, toleransi yang rendah terhadap frustasi, dan menggunakan minuman keras, zat terlarang, atau keduanya).

3. Gangguan ansietas sering terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja dan berlanjut ke masa dewasa.
a. Gangguan obsesif kompulsif, gangguan ansietas umum, dan fobia banyak terjadi pada anak-anak dan remaja, dengan gejala yang sama dengan yang terlihat pada orang dewasa.

b. Gangguan ansietas akibat perpisahan adalah gangguan masa kanak-kanak yang ditandai dengan rasa takut berpisah dari orang yang paling dekat dengannya. Gejala-gejalanya meliputi menolak pergi ke sekolah, keluhan somatik, ansietas berat terhadap perpisahan dan khawatir tentang adanya bahaya pada orang-orang yang mengasuhnya.

4. Skizofrenia
a. Skizofrenia anak-anak jarang terjadi dan sulit didiagnosis. Gejala-gejalanya dapat menyerupai gangguan pervasif, seperti autisme. Walaupun penelitian tentang skizofrenia anak-anak sangat sedikit, namun telah dijumpai perilaku yang khas (Antai-Otong, 1995b), seperti beberapa gangguan kognitif dan perilaku, menarik diri secara sosial, dan komunikasi.

b. Skizofrenia pada remaja merupakan hal yang umum dan insidensinya selama masa remaja akhir sangat tinggi. Gejala-gejalanya mirip dengan skizofrenia dewasa. Gejala awalnya meliputi perubahan ekstrim dalam perilaku sehari-hari, isolasi sosial, sikap yang aneh, penurunan nilai-nilai akademik, dan mengekspresikan perilaku yang tidak disadarinya.

5. Gangguan mood
a. Gangguan ini jarang terjadi pada masa anak-anak dan remaja dibanding pada orang dewasa (Keltner,1999). Prevalensi pada anak-anak dan remaja berkisar antara 1% sampai 5% untuk gangguan depresi. Eksistensi gangguan bipolar (jenis manik) pada anak-anak masih kontroversial. Prevalensi penyakit bipolar pada remaja diperkirakan 1%. Gejala depresi pada anak-anak sama dengan yang diobservasi pada orang dewasa.

b. Bunuh diri. Adanya gangguan mood merupakan faktor resiko yang serius untuk bunuh diri. Bunuh diri adalah penyebab kematian utama ketiga pada individu berusia 15 sampai 24 tahun. Tanda-tanda bahaya untuk bunuh diri pada remaja meliputi menarik diri secara tiba-tiba, berperilaku keras atau sangat memberontak, menyalahgunakan obat atau alkohol, secara tidak biasanya mengabaikan penampilan diri, kualitas tugas-tugas sekolah menurun, membolos, melarikan diri, keletihan berlebihan dan keluhan somatik, respon yang buruk terhadap pujian, ancaman bunuh diri yang terang-terangan secara verbal, dan membuang benda-benda yang didapat sebagai hadiah (Newman, 1999).

6. Gangguan penyalahgunaan zat.
a. Gangguan ini banyak terjadi; diperkirakan 32% remaja menderita gangguan penyalahgunaan zat (Johnson, 1997). Angka penggunaan alkohol atau zat terlarang lebih tinggi pada anak laki-laki dibanding perempuan. Risiko terbesar mengalami gangguan ini terjadi pada mereka yang berusia antara 15 sampai 24 tahun. Pada remaja, perubahan penggunaan zat menjadi ketergantungan zat terjadi lebih cepat; misalnya, pada remaja penggunaan zat dapat berkembang menjadi ketergantungan zat dalam waktu 2 tahun sedangkan pada orang dewasa membutuhkan waktu antara 15 sampai 20 tahun.

b. Komorbiditas dengan gangguan psikiatrik lainnya merupakan hal yag banyak terjadi, termasuk gangguan mood, gangguan ansietas, dan gangguan perilaku disruptif.

c. Tanda bahaya penyalahgunaan zat pada remaja, diantaranya adalah penurunan fungsi sosial dan akademik, perubahan dari fungsi sebelumnya, seperti perilaku menjadi agresif atau menarik diri dari interaksi keluarga, perubahan kepribadian dan toleransi yang rendah terhadap frustasi, berhubungan dengan remaja lain yang juga menggunakan zat, menyembunyikan atau berbohong tentang penggunaan zat.

Etiologi Gangguan Psikiatrik pada Anak-anak dan Remaja
Tidak ada penyebab tunggal dalam gangguan mental pada anak-anak dan remaja. Berbagai situasi, termasuk faktor psikobiologik, dinamika keluarga, dan faktor lingkungan berkombinasi secara kompleks.
1. Faktor-faktor psikobiologik
a. Riwayat genetika keluarga, seperti retardasi mental, autisme, skizofrenia kanak-kanak, gangguan perilaku, gangguan bipolar, dan gangguan ansietas.

b. Abnormalitas struktur otak. Penelitian menemukan adanya abnormalitas struktur otak dan perubahan neurotransmitter pada pasien yang menderita autisme, skizofrenia kanak-kanak, dan ADHD.

c. Pengaruh pranatal, seperti infeksi maternal, kurangnya perawata pranatal, dan ibu yang menyalahgunakan zat, semuanya dapat menyebabkan abnormalitas perkembangan saraf yang berkaitan dengan gangguan jiwa. Trauma kelahiran yang berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen pada janin sangat signifikan dalam terjadinya retardasi mental dan gangguan perkembangan saraf lainnya.

d. Penyakit kronis atau kecacatan dapat menyebabkan kesulitan koping bagi anak.

2. Dinamika keluarga
a. Penganiayaan anak. Anak yang terus-menerus dianiaya pada masa kanak-kanak awal, perkembangan otaknya kurang adekuat (terutama otak kiri). Penganiayaan dan efeknya pada perkembangan otak berkaitan dengan berbagai masalah psikologis, seperti depresi, masalah memori, kesulitan belajar, impulsivitas, dan kesulitan dalam membina hubungan (Glod, 1998).

b. Disfungsi sistem keluarga (mis., kurangnya sifat pengasuhan, komunikasi yang buruk, kurangnya batasan antar generasi, dan perasaan terjebak) disertai dengan keterampilan koping yang tidak adekuat antaranggota keluarga dan model peran yang buruk dari orang tua.

3. Faktor lingkungan
a. Kemiskinan.

Perawatan pranatal yang tidak adekuat, nutrisi yang buruk, dan kurang terpenuhinya kebutuhan akibat pendapatan yang tidak mencukupi dapat memberi pengaruh buruk pada pertumbuhan dan perkembangan normal anak.

b. Tunawisma.

Anak-anak tunawisma memiliki berbagai kebutuhan kesehatan yang memengaruhi perkembangan emosi dan psikologi mereka. Berbagai penelitian menunjukkan adanya peningkatan angka penyakit ringan kanak-kanak, keterlambatan perkembangan dan masalah psikologis diantara anak tunawisma ini bila dibandingkan dengan sampel kontrol (Townsend, 1999).

c. Budaya keluarga.

Perilaku orang tua yang secara dramatis berbeda dengan budaya sekitar dapat mengakibatkan kurang diterimanya anak-anak oleh teman sebaya dan masalah psikologik.

Penatalaksanaan Gangguan Psikiatrik pada Anak-anak dan Remaja
1. Perawatan berbasis komunitas saat ini lebih banyak terdapat pada managed care.
a. Pencegahan primer melalui berbagai program sosial yang ditujukan untuk menciptakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan anak. Contohnya adalah perawatan pranatal awal, program intervensi dini bagi orang tua dengan faktor resiko yang sudah diketahui dalam membesarkan anak, dan mengidentifikasi anak-anak yang berisiko untuk memberikan dukungan dan pendidikan kepada orang tua dari anak-anak ini.

b. Pencegahan sekunder dengan menemukan kasus secara dini pada anak-anak yang mengalami kesulitan di sekolah sehingga tindakan yang tepat dapat segera dilakukan. Metodenya meliputi konseling individu dengan program bimbingan sekolah dan rujukan kesehatan jiwa komunitas, layanan intervensi krisis bagi keluarga yang mengalami situasi traumatik, konseling kelompok di sekolah, dan konseling teman sebaya.

c. Dukungan terapeutik bagi anak-anak diberikan melalui psikoterapi individu, terapi bermain, dan program pendidikan khusus untuk anak-anak yang tidak mampu berpartisipasi dalam sistem sekolah yang normal. Metode pengobatan perilaku pada umumnya digunakan untuk membantu anak dalam mengembangkan metode koping yang lebih adaptif.

d. Terapi keluarga dan penyuluhan keluarga penting untuk membantu keluarga mendapatkan keterampilan dan bantuan yang diperlukan guna membuat perubahan yang dapat meningkatkan fungsi semua anggota keluarga.

2. Pengobatan berbasis rumah sakit
a. Unit khusus untuk mengobati anak-anak dan remaja, terdapat di rumah sakit jiwa. Pengobatan di unit-unit ini biasana diberikan untuk klien yang tidak sembuh dengan metode alternatif yang kurang restriktif, atau bagi klien yang beresiko tinggi melakukan kekerasan terhadap dirinya sendiri ataupun orang lain.

b. Program hospitalisasi parsial juga tersedia, memberikan program sekolah di tempat (on-site) yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan khusus anak yang menderita penyakit jiwa.

c. Seklusi dan restrein untuk mengendalikan perilaku disruptif masi menjadi kontroversi. Penelitian menunjukkan bahwa metode ini dapat bersifat traumatik pada anak-anak dan tidak efektif untuk pembelajaran respon adaptif. Tindakan yang kurang restriktif meliputi istirahat (time-out), penahanan terapeutik, menghindari adu kekuatan, dan intervensi dini untuk mencegah memburuknya perilaku.

3. Farmakoterapi
Medikasi digunakan sebagai satu metode pengobatan. Medikasi psikotropik digunakan dengan hati-hati pada klien anak-anak dan remaja karena memiliki efek samping yang beragam.
a. Perbedaan fisiologi anak-anak dan remaja memengaruhi jumlah dosis, respon klinis, dan efek samping dari medikasi psikotropik.

b. Perbedaan perkembangan neurotransmiter pada anak-anak dapat memengaruhi hasil pengobatan psikotropik, mengakibatkan hasil yang tidak konsisten, terutama dengan antidepresan trisiklik.


Tinjauan Proses Keperawatan Gangguan Psikiatrik pada Anak-anak dan Remaja
1. Pengkajian
a. Kaji kembali riwayat klien untuk adanya jhal-hal yang mencetuskan stressor atau data yang signifikan, antara lain riwayat keluarga, peristiwa-peristiwa hidup yang menimbulkan stres, hasil pemeriksaan kesehatan jiwa, riwayat masalah fisik dan psikologis serta pengobatannya.

b. Catat pola pertumbuhan dan perkembangan anak dan bandingkan dengan alat standar, seperti The Developmental Screening Test dan versi yang sudah direvisi (Wong, 1997).
c. Catat bukti pencapaian tugas perkembangan yang sesuai bagi anak atau remaja.
d. Lakukan pemeriksaan fisik pada anak atau remaja, catat data normal atau abnormal.
e. Kaji respon perilaku yang dapat mengindikasikan gangguan pada anak-anak atau remaja. Pastikan untuk mengkaji interaksi langsung, observasi permainan, dan interaksi dengan keluarga dan teman sebaya.
f. Identifikasi bukti gangguan kognitif.
g. Observasi adanya bukti-bukti gangguan mood.
h. Kaji kelebihan dan kelemahan sistem keluarga.

2. Diagnosis keperawatan
a. Analisis
b. Tetapkan diagnosis keperawatan bagi klien dan keluarga

3. Perencanaan dan identifikasi hasil
a. Bekerjasama dengan klien dan keluarga dalam menetapkan tujuan yang realistis
b. Tetapkan kriteria hasil yang diinginkan untuk klien, keluarga, atau keduanya.

4. Implementasi
a. Implementasi umum
· Bentuk rasa saling percaya
· Dengarkan secara aktif, tunjukkan perhatian dan dukungan
· Tingkatkan komunikasi yang jelas, jujur, dan langsung
· Tempatkan diri sebagai pihak yang netral, jangan memihak orang tua atau anak
· Dukung kelebihan klien dan keluarga
· Gunakan model kognitif untuk menjelaskan hubungan antara pikiran, perasaan, dan perilaku
· Berpartisipasi dalam rencana pengobatan di unit rawat inap
· Perkuat secara positif perilaku yang dapat diterima
· Berpartisipasi dalam terapi bermain, biarkan anak mengekspresikan dirinya melalui permainan imajinatif
· Bekerjasama dengan keluarga klien, sekolah, dan tim kesehatan jiwa
· Anjurkan digunakannya kelompok pendukung masyarakat bagi klien dan keluarga
· Anjurkan pada keluarga tentang cara menjaga kesehatan emosi anak melalui penyuluhan klien dan keluarga

Penyuluhan keluarga dengan anak atau remaja yang menderita gangguan mental dapat dilakukan dengan memberikan informasi umum tentang gangguan tersebut, ajarkan pada orangtua tentang cara menjaga kesejahteraan emosi anak, dan beritahu orangtua tentang kelompok pendukung komunitas yang tersedia untuk masalah spesifik yang dialami anak atau keluarga.

b. Untuk anak atau remaja dengan gangguan perkembangan pervasif
· Ciptakan lingkungan yang aman, dan bantu orangtua untuk melakukannya juga di rumah
· Bantu orangtua mengurangi perasaan bersalah dan menyalahkan atas apa yang mereka alami
· Pertahankan konsistensi pengasuh anak di rumah sakit, sekolah, dan rumah
· Bantu orangtua dan saudara kandung anak dalam mengidentifikasi dan mendiskusikan perasaannya, berbagai hal dan masalah yang berkaitan dengan tinggal bersama anak yang menderita gangguan serius
· Alihkan perhatian anak bila ansietasnya meningkat dan perilakunya memburuk
· Berikan benda-benda yang dikenal anak

c. Untuk anak atau remaja dengan ADHD
· Berikan medikasi stimulan di pagi hari guna memaksimalkan efektivitasnya untuk kegiatan di siang hari
· Bantu keluarga menggunakan manipulasi lingkungan untuk mengurangi stimulus guna mengendalikan perilaku
· Bantu keluarga menyusun jadwal yang tetap untuk makan, tidur, bermain, dan mengerjakan tugas sekolah
· Bekerjasama dengan sekolah, keluarga, dan tim kesehatan jiwa untuk memastikan penempatan ruang kelas yang sesuai

d. Untuk anak atau remaja dengan gangguan perilaku atau gangguan penyimpangan oposisi
· Buat batasan-batasan yang tegas, jelas, dan konsisten tentang konsekuensi atas perilaku yang tidak dapat diterima
· Bantu orangtua menentukan dan mempertahankan batasan yang telah ditetapkan
· Berikan umpan balik positif atas perilaku yang baik
· Dorong klien mengekspresikan kemarahannya dengan sikap verbal yang tepat
· Gunakan latihan fisik dan aktivitas untuk membantu anak menyalurkan kelebihan energi yang muncul karena peningkatan ansietas atau kemarahan
· Catat tanda-tanda perburukan perilaku dan dan lakukan intervensi segera

e. Untuk anak atau remaja dengan gangguan ansietas
· Pertahankan sikap tenang bila klien dan orangtua mengalami peningkatan ansietas
· Ajarkan pada klien tindakan koping untuk mengatasi ansietas
· Gunakan strategi kognitif dalam mendiskusikan tentang ketakutan-ketakutan yang dirasakan klien, dengan mengemukakan realitas yang ada
· Bantu klien segera kembali ke sekolah dengan dukungan dari keluarga, bila terjadi ansietas akibat perpisahan

f. Untuk anak atau remaja dengan gangguan mood
· Ajarkan pada klien dan keluarganya tentang gangguan mood, penyebab, gejala, dan pengobatannya
· Fokuskan pada tindakan meningkatkan harga diri
· Gunakan tindakan kognitif dalam mengatasi perasaan dan pikiran negatif
· Pertahankan sikap yang penuh harapan
· Gunakan tindakan kewaspadaan terhadap bunuh diri bagi klien yang berisiko melakukannya

g. Untuk anak atau remaja dengan gangguan penyalahgunaan zat
· Ajarkan pada klien dan keluarganya tentang zat-zat tersebut dan dampaknya terhadap kesejahteraan fisik dan psikologis
· Anjurkan klien dan keluarganya untuk menghadiri kelompok swadaya, misalkan alcoholic anonymous
· Perkuat sikap penuh harapan bahwa klien dapat mencapai dan mempertahankan keadaan bersih tanpa penyalahgunaan
· Ajarkan tindakan koping untuk mengatasi perasaan dan situasi yang tidak nyaman

5. Evaluasi hasil
Perawat menggunakan kriteria hasil berikut ini untuk menentukan efektivitas intervensi keperawatan yang dilakukan.
a. Klien dan keluarganya menunjukkan perbaikan keterampilan koping
b. Klien mengendalikan perilaku impulsifnya
c. Klien menunjukkan stabilitas mood yang normal
d. Klien berpartisipasi dalam program penyuluhan sesuai kemampuan
e. Klien dan keluarganya berpartisipasi dalam program pengobatan dan menerima rujukan komunitas
f. klien berinteraksi secara sosial dengan kelompok teman sebaya

MISTERI OTAK & JIWA

Postby oyas on Fri Jul 21, 2006 11:10 am

MISTERI OTAK & JIWA
Oleh: Firliana Putri


Misteri Tiada Akhir

Misteri tentang Jiwa dan Ruh adalah misteri sepanjang sejarah kemanusiaan.
Berbagai sudut pandang telah dikembangakan untuk memahami jiwa dan Ruh.
Namun tidak pernah memuaskan. jiwa dan Ruh selalu menyisakan sesuatu yang di
luar kefahaman kita.

Kini, kita mencoba membahas rahasia itu dari sudut pandang yang lebih
holistik, mudah-mudahan bisa melengkapi wacana selama ini. Dan, kemudian
menjadikan persepsi kita terhadap Ruh dan jiwa lebih baik. Meskipun, tentu
saja, butuh penyempurnaan lebih lanjut.

Dalam diskusi ini, kita mencoba membahas jiwa dan Ruh dalam tiga sudut
pandang secara komprehensif, yaitu informasi Al-Qur'an, sains, dan filsafat.
Saya ingin mengajak pembaca untuk lebih mencermati informasi dan
analisa-analisa yang berasal dari sains tentang keberadaan Jiwa. Untuk itu,
kita akan banyak berbicara tentang Otak yang memang dicurigai banyak
berperan dalam berfungsinya Jiwa dan Ruh.


1. STRUKTUR & FUNGSI OTAK

Ada kecurigaan yang masih perlu dikaji lebih mendalam, bahwa jiwa berada
di balik struktur otak manusia. Kenapa ada kecurigaan seperti itu? Karena
dalam berbagai data klinis yang dicermati oleh para dokter jiwa maupun
saraf, menunjukkan kaitan sangat erat antara kualitas Jiwa dengan kualitas
otaknya.

Jika otak seseorang mengalami gangguan secara medis, atau mengalami
kerusakan, maka diperoleh kenyataan bahwa orang tersebut juga mengalami
gangguan Jiwa seiring dengan bagian yang mengalami kerusakan.

Sebagai contoh, saya punya seorang kawan yang mengalami gangguan pada sel
otaknya. Karena kecelakaan sepeda motor, ia mengalami kerusakan sel
penciumannya. Sejak saat itu, dia tidak pernah bisa membau aroma apa pun
lewat hidungnya. Baginya aroma nasi soto tidak berbeda dengan aroma nasi
rawon atau nasi timlo. Dia sempat mengeluhkan kepada saya, betapa tidak
enaknya mengalami gangguan semacam itu.

Secara sepintas, anda mungkin bertanya-tanya apa kaitannya dengan jiwa.
Sebenarnya fungsi penciuman (kefahaman terhadap aroma) adalah sebagian dari
fungsi Jiwa. Sebagaimana mata, telinga dan indera lainnya. Karena panca
indera adalah alat untuk berkomunikasi dengan dunia di luar tubuh seseorang.
Jika ia rusak, maka kualitas Jiwanya juga menjadi terganggu.

Contoh yang lebih jelas terlihat dari kasus kedua yang dialami oleh
seorang famili saya. Suatu ketika, famili saya ini terkena serangan stroke
di suatu acara syukuran. Karena makan sate dan makanan berkolesterol tinggi
lainnya, besok paginya ia terkena serangan 'penyakit stroke' yang berbahaya
itu.

Apa yang terjadi? Dia mengalami kerusakan pada bagian otak yang terkait
dengan sel-sel memori bahasanya. Maka sejak saat itu, dia tidak ingat pada
perbendaharaan kata-kata yang telah dipunyainya sejak kecil. Baik bahasa
Indonesia, Jawa, Madura, Inggris, mau pun bahasa lain yang dia pernah bisa.

Dia tahu, faham dan mengenal suatu benda, tapi tidak pernah bisa menyebut
namanya. Ia selalu salah dalam menyebut nama benda apa saja. Bahkan juga
tidak bisa menyebut nama saya. Padahal saya tahu pasti, dia masih mengenal
saya. Bahkan, untuk menyebut nama istri dan anaknya pun dia lupa! Kalau pun
dia berusaha berbicara, kata-kata yang dia ucapkan itu tidak bisa dimengerti
sama sekali. Dia sangat menderita secara kejiwaan, karena apa yang dia
maksudkan tidak bisa tersampaikan lewat bahasa.

Saya kira, kini anda mulai bisa merasakan apa yang saya maksudkan. Bahwa
kerusakan struktur otak ternyata memberikan gangguan pada kualitas Jiwa
seseorang secara nyata. Dia tidak gila, tetapi mengalami gangguan kualitas
Jiwa. Untuk mengatasi kesehatannya, famili saya itu ditangani oleh beberapa
dokter, di antaranya adalah dokter saraf dan dokter Jiwa.

Pada kasus kasus yang lebih berat, Schizophrenia alias gila, para dokter
saraf ternyata juga menemukan kerusakan pada sel-sel otak si penderita. Ada
bagian-bagian otak yang bertanggung jawab pada emosi, rasa malu, sadistis,
perilaku tidak terkontrol, dan lain sebagainya mengalami kerusakan serius.
Dan kemudian ditandai dengan dilepaskannya zat-zat kimiawi tertentu di dalam
tubuhnya.

Pengobatannya, ternyata bisa dilakukan secara fisik dengan memberikan
obat-obat tertentu yang mengendalikan munculnya zat-zat pencetus 'kegilaan'
tersebut. Dengan demikian, terbukti bahwa gangguan Jiwa sangat erat
kaitannya dengan kerusakan struktur otak seseorang.

Dulu, bidang kesehatan yang menangani penyakit Jiwa ditangani oleh seorang
dokter penyakit Jiwa. Tapi kini, ditangani oleh dua bidang kesehatan yang
berbeda yaitu dokter saraf dan dokter Jiwa (psikiater). Dokter saraf
menangani gejala-gejala fisiknya, sedangkan psikiater lebih kepada fungsi
Jiwa alias psikis yang bersifat abstrak. Dalam ilmu kedokteran disebut
sebagai Struktural (fisik) dan Fungsional (psikis).

Agar kita memiliki gambaran yang lebih konkret tentang struktur otak dalam
kaitannya dengan fungsi jiwa, berikut ini marilah kita cermati organ
terpenting yang ada di dalam kepala manusia itu.

Otak manusia adalah jaringan lunak yang beratnya sekitar 0,5 kilogram.
Otak manusia berisi sekitar 100 miliar sel yang tersusun secara sangat
canggih. Miliaran sel itu memiliki fungsi kompleks sebagai pusat pengendali
seluruh aktivitas manusia. Mulai dari sekadar menerima sinyal-sinyal dari
berbagai sensor di badan kita, sampai pada proses pemahaman, analisa,
membuat keputusan, dan kemudian melakukan gerakan motorik.

Ya, di dalam otak inilah seluruh aktivitas manusia berpusat. Seluruh panca
indera kita dikendalikan oleh otak. Jika, sel-sel otak yang berkaitan dengan
panca indera itu rusak, maka fungsi indera kita juga bakal rusak atau tidak
berfungsi normal.

Katakanlah fungsi penglihatan. Meskipun organ mata kita sehat wal afiat,
tetapi kalau sel-sel pusat penglihatan kita yang berada di Kulit Otak bagian
belakang mengalami kerusakan, kita juga tidak akan bisa melihat.

Padahal mata kita masih melek. Lensa dan retinanya juga masih bagus. Saraf
penghubung mata dengan otak juga sempurna. Semua itu menjadi tidak berarti,
ketika sel-sel visual di otak kita rusak. Seluruhnya menjadi tidak
berfungsi.

Demikian pula dengan pendengaran. Komponen-komponen organ telinga semua
bagus, mulai dari daun telinga, gendang telinga, sampai kepada 'kabel' saraf
penghubung ke pusat pendengarannya. Tapi kalau sel-sel di pusat
pendengaranya (kulit otak samping kiri) yang rusak, maka semua itu menjadi
tidak berguna.

Suara tetap tertangkap oleh telinga, kemudian diubah menjadi sinyal-sinyal
listrik sampai ke otak. Tapi otak tidak bisa memahami suara itu, karena
sel-sel pendengarannya mengalami kerusakan. Dan seterusnya demikian pula
yang terjadi jika pusat penciuman, pusat perabaan, dan pusat perasanya yang
rusak.

Selain mengendalikan panca indera, dan sebagai pusat pemahamannya,. Otak
juga mengendalikan seluruh gerakan organ-organ tubuh. Gerakan tangan, kaki,
kepala, dan seluruh otot atau persendian dikendalikan dari otak. Orang-orang
yang terkena serangan stroke, dan kemudian mengalami kerusakan di pusat
kendali gerakan itu, dia bakal mengalami kelumpuhan. Ada yang lumpuh separuh
ada juga yang lumpuh total, seiring dengan tingkat keparahannya. Rangkaian
kerja motorik itu berada di kulit otak bagian depan.

Lebih jauh, otak juga menjadi pusat bahasa. Mulai dari memori
perbendaharaan kata, pemahaman, sampai pada proses verbalnya. Pusat bahasa
ini menempati wilayah yang sangat luas di otak manusia. Di antaranya daerah
yang mengendalikan lidah dan tangan. Keduanya terkait dengan aktivitas
bahasa, yaitu berbicara dan menulis. Ini menunjukkan bahwa otak manusia
memang didesain oleh Allah untuk banyak berinteraksi dengan bahasa. Struktur
otak yang demikian ini tidak dimiliki oleh makhluk lain, selain manusia.

Wilayah bahasa sangat khas pada manusia. Karena dengan bahasa itulah
manusia menampilkan peradabannya. Manusia bisa menulis dan menyampaikan
sejarah peradabannya dengan bahasa. Manusia menelurkan karya-karya besarnya
juga dengan bahasa. Manusia bisa merumuskan ilmu pengetahuan dan teknologi
juga dengan bahasa. Bahasa menunjukkan betapa manusia adalah makhluk yang
paling sempurna di muka bumi.

Lebih jauh, otak juga mengendalikan fungsi -fungsi yang lebih luhur dalam
kehidupannya. Salah satunya adalah yang berkaitan dengan emosi. Rasa senang,
bahagia, sedih, menderita, benci dan kasih sayang, semuanya dikendalikan
oleh pusat ingatan emosi di bagian otak yang disebut amygdala. Sedangkan
pusat ingatan yang bersifat rasional berada di bagian otak yang disebut
Hippocampus.

Kalau dipetakan mengikuti wilayahnya, maka otak manusia bisa dibagi
menjadi tiga bagian besar. Wilayah I, adalah kulit otak (cortex cerebri),
bagian terluar dari otak. Wilayah ini menjadi basis dari aktivitas yang
berkaitan dengan kemampuan rasional seseorang. Mulai dari kemampuan menerima
rangsang panca indera, memahaminya, menganalisa, dan kemudian merespon
secara motorik.

Kehebatan peradaban manusia dalam hal sains dan teknologi, seperti yang
berkembang pesat di abad-abad terakhir ini adalah hasil berpikir rasional
dari kulit otak. Manusia bisa membuat berbagai peralatan elektronik,
komputer, robot, senjata pemusnah masal, pesawat ruang angkasa, dan lain
sebagainya, hanyalah sebagian dari kehebatan kerja kulit otak tersebut.

Wilayah II, adalah sistem limbik dan bagian lain di tengah otak yang masih
sangat misterius. Wilayah ini bertanggung jawab terhadap fungsi luhur yang
sangat erat terkait dengan emosi seseorang. Sikap jujur, adil, pemaaf,
mencintai, membenci, sedih, gembira, dan menderita diatur mekanismenya di
wilayah bagian tengah otak ini. Termasuk di dalamnya adalah amygdala sebagai
pusat ingatan emosi.

Ada beberapa komponen otak yang terlibat dalam sistem pengaturan 'fungsi
luhur' ini. Di antaranya adalah Gyrus Cingulata, Thalamus, Hippocampus,
Nudeus Basal, Prefrontal Cortex, dan amygdala. Tiga di antaranya ternyata
berada di wilayah I, yaitu kulit otak yang berperan dalam aktivitas
rasional. Sedangkan selebihnya, berada di bagian bawah kulit otak, atau
bagian yang berkait dengan emosi. Jadi mekanisme sistem limbik yang sistem
mengatur fungsi luhur Limbik itu, ternyata melibatkan dua fungsi otak
sekaligus yaitu fungsi rasional di kulit otak dan fungsi emosi di bagian
lebih dalam otak.

Artinya, munculnya rasa kasih sayang, keadilan, pemaaf, mendendam, rasa
bersalah, sedih dan gembira itu bukan hanya bersifat emosional belaka,
tetapi juga melibatkan pikiran-pikiran rasional kita.

Sistem limbik ini juga mengatur alam bawah sadar. Di dalam sistem ini
tersimpan memori universal tentang kebaikan, keburukan, keadilan, kejujuran,
dan segala sifat-sifat yang dianggap baik atau buruk oleh manusia.Tanpa
belajar pun semua manusia tahu tentang rasa sedih, bahagia, kasih sayang,
menderita, dan lain sebagainya. 'Ingatan' tentang semua rasa universal itu
telah tersimpan memorinya di dalam sistem limbik.

Kenapa orang tertawa, ketika mendengar atau melihat sesuatu yang lucu?
Atau, kenapa kita menjadi berduka, ketika mendengar atau melihat sesuatu
yang menyedihkan? Semua itu, karena sudah ada memori tentang perasaan
universal manusia tersebut di dalam memori sistem limbik. Kita tidak perlu
belajar tentang rasa universal itu.

Manusia secara kolektif telah memilikinya di bagian tengah otaknya, yang
terkait dengan fungsi luhur sebagai manusia. Tidak peduli dia berbangsa dan
berbahasa apa, dia pasti tahu seseorang itu sedang menangis karena sedih
atau karena bahagia. Dia sedang tertawa karena senang ataukah sekadar
menutupi kekecewaannya. itu adalah bahasa universal umat manusia.

Jadi ke dalam sistem limbik itu Allah telah mengilhamkan rasa sedih dan
gembira, rasa berani dan takut, rasa puas dan kecewa, rasa tentram dan
gelisah, rasa sombong dan rendah hati, bahagia dan sengsara, dan beragam
nilai-nilai kebaikan dan keburukan.

Sistem nilai itulah yang menjadi acuan dan tolak ukur bagi otak untuk
mengatakan apakah sesuatu itu tergolong baik ataukah jelek. Dan kemudian,
menjadi acuan apakah sesuatu itu membahagiakan ataukah menyengsarakan.

Kemudian, berdasarkan 'memori rasa' di dalam sistem limbik itu, muncul
perintah lewat sistem endokrin (kelenjar hormon, enzim, dlsb) yang
berpengaruh kepada seluruh organ tubuh seperti jantung berdenyut lebih
kencang atau melembut, berkeringat dingin atau tidak, tangan gemetaran, dan
seterusnya. Secara lebih jelas akan kita bahas pada bagian-bagian
berikutnya.

Sedangkan wilayah III, adalah yang berkait dengan fungsi dasar kehidupan.
Wilayah itu meliputi batang otak dan otak kecil. Disinilah pusat pengaturan
denyut jantung, pernafasan, tekanan darah, termasuk pengaturan keseimbangan
dan kehalusan gerakan dilakukan.

Selain ketiga wilayah secara global tersebut, saya kira kita perlu
mengetahui beberapa bagian di dalam otak yang memiliki peran penting dalam
pengendalian kehidupan seseorang.

Thalamus. Ini adalah bagian yang terdapat di otak depan, berfungsi
mengatur proses masuknya informasi dari luar otak menuju ke kulit otak.
Selain itu juga mengatur proses terjadinya gerakan organ-organ tubuh lewat
koordinasi kulit otak dan otak kecil. Di bagian ini terjadi persimpangan
saraf-saraf sensorik yang masuk ke otak.

Hypothalamus. Berada di bawah Thalamus. Ia berfungsi mengatur kestabilan
suhu badan, rasa lapar dan haus, kegiatan seksual, dan berbagai aktivitas
badan lainnya termasuk proses pertumbuhan dan menstruasi pada perempuan yang
dikendalikan secara hormonal.

Hippocampus. Inilah bagian yang berfungsi untuk menyimpan memori rasional.
Terutama ingatan-ingatan jangka pendek. Hippocampus berbentuk seperti huruf
C, dan terletak di tengah otak. Ia sebenarnya merupakan bagian dari kulit
otak yang menjulur ke bagian dalam otak. Karena itu, fungsinya terkait erat
dengan proses rasional kulit otak.

Akan tetapi, Hippocampus ini juga berperan dalam sistem limbik yang
menjadi pusat fungsi luhur manusia. Inilah bagian yang memberikan
pertimbangan rasional kepada fungsi luhur manusia. Bukan hanya emosional
seperti yang diperankan oleh amygdala.

Neurotransmiter. Ini adalah zat kimia di dalam otak yang berfungsi membawa
pesan antar sel saraf. Zat-zat pembawa pesan ini diproduksi di dalam sel-sel
saraf yang ada di otak, ketika pesan dari otak harus ditransmisikan ke
bagian-bagian lain. Hampir seluruh kegiatan otak memanfaatkan
neurotransmiter untuk menyampaikan pesan.

Dengan membahas struktur dan fungsi otak ini, kita memperoleh suatu
gambaran bahwa ternyata fungsi kehidupan manusia dikendalikan oleh jaringan
lunak yang berada di dalam kepala itu. Otak bagaikan pusat pemerintahan yang
mengendalikan seluruh wilayah yang menjadi otoritasnya.

Mulai dari menangani informasi yang masuk lewat panca indera, memahaminya,
menganalisa, membuat keputusan, sampai pada merespon lewat gerakan anggota
tubuh kita, semua itu diperintah lewat mekanisme otak. Bahkan, rasa senang,
sedih, gembira, mencintai, dan berbagai perasaan kemanusiaan, semua juga
berada dan bersumber di otak manusia.

Kita lantas bertanya-tanya, kalau begitu apakah Jiwa kita berada di otak
itu? Atau bahkan, jangan-jangan, ya otak itu yang disebut Jiwa? Kenapa
bertanya demikian? Sebab, sebagaimana telah kita bahas di depan, bahwa
kerusakan sel-sel otak bisa menyebabkan Jiwa seseorang terganggu bahkan
mengalami kegilaan. sampai disini kita memperoleh alasan yang kuat untuk
menaruh kecurigaan semacam itu.

Untuk menjawab pertanyaan ini marilah kita menelusuri lebih jauh fungsi
otak itu. Barangkali, dengan memahami mekanisme kerjanya kita bakal
memperoleh gambaran lebih baik tentang fungsi otak tersebut. Dan kemudian
bisa memperoleh jawaban atas pertanyaan di atas: benarkah Jiwa ada di dalam
otak? Atau mungkin berada di balik otak? Atau, bahkan otak itu sendirilah
yang disebut Jiwa?


2. MEKANISME KERJA OTAK

Otak manusia dengan segala sistem sarafnya terbentuk tidak sekaligus. Ia
tumbuh dan terbentuk secara berangsur angsur sejak dari dalam perut ibu
sampai beranjak dewasa. Otak dan sistem saraf secara berkelanjutan mengalami
penyempurnaan. Artinya, kemampuan dan kedewasaan otak terus mengalami
perkembangan seiring dengan waktu dan tumbuh kembangnya si manusia.

Awal mulanya manusia hanya berasal dari 1 sel saja, yaitu Stem Cell. Dari
1 sel yang berisi sifat-sifat ayah dan ibunya itulah terjadi perkembangan
menuju pada terbentuknya manusia dengan kompleksitas yang sangat luar biasa.

Satu sel membelah menjadi 2 sel, menjadi 4 sel, menjadi 8 sel dan
seterusnya sampai bermiliar-miliar sel tubuh manusia. Dan yang menakjubkan,
dari satu sel itu lantas berkembang menjadi sel-sel yang berbeda-beda bentuk
dan fungsinya.

Ada sel yang membelah dan berkembang ke arah pembentukan kepala. Ada yang
membentuk badan dan anggota tubuh. Ada yang membentuk tulang belulang dengan
segala bentuk dan fungsinya. Ada yang mengarah ke bentuk otot, darah,
jantung, paru paru, ginjal, mata, otak, dan lain sebagainya.

Sangat aneh memang! Darimana datangnya perintah untuk berkembang menjadi
sel-sel yang berbeda tersebut. Apakah anda bisa melihat perbedaan antara sel
darah merah dengan sel tulang, dengan sel daging, dan sel otak? Tentu saja,
secara sepintas kita langsung bisa membedakannya.

Ya, berbagai macam sel itu sangatlah berbeda bentuk maupun fungsinya.
Kenapa bisa terjadi demikian, bahwa satu sel bisa berkembang menjadi sel-sel
yang berbeda dan lantas 'secara ajaib' membentuk jaringan, kemudian menjadi
organ-organ yang berbeda-beda bentuk dan fungsinya?

Siapakah yanag mengatur semua itu? Bukankah manusia belum terbentuk
sempurna, dan masih berupa 'cikal bakal' yang belum memiliki kesadaran atau
pun kemauan? Pastilah dia tidak bisa memerintah sel-sel itu untuk membelah
dan membentuk organ-organ tubuhnya sendiri.

Ternyata di dalam Stem Cell tesebut ada suatu program yang sangat canggih
yang memberikan perintah kepada sel-sel itu untuk membelah dan membentuk
jaringan serta organ-organ tubuh manusia. Lebih jauh kita akan membahasnya
di bagian berikutnya.

Dalam kesempatan ini saya hanya ingin menginformasikan kepada anda bahwa
sistem saraf dan otak manusia diperkirakan mulai terbentuk sebelum hari ke
18 berkembangnya janin di dalam perut sang ibu. Sejak saat itu sampai dengan
hari kelahiran, sistem saraf dan otak manusia berkembang luar biasa
cepatnya.

Setiap menitnya, sel saraf di otak janin itu bertambah sekitar 25.000 sel.
Dan begitulah seterusnya sampai menjelang kelahirannya sel otak bayi telah
mencapai sekitar 100 miliar sel saraf! Selain sel saraf itu, di otak juga
terdapat sel-sel penunjang yang berjumlah dua kali lipatnya, sekitar 200
miliar sel yang disebut sebagai glia.

Sel-sel saraf berfungsi untuk menerima berbagai macam pesan, mengolahnya,
dan mengeluarkan pesan-pesan. Sedangkan sel glia berfungsi untuk menunjang
kelancaran dan keamanan proses-proses yang terjadi di dalam sel-sel saraf.

Jadi dalam waktu sekitar 9 bulan itu telah terjadi proses pembangunan
sistem saraf otak dan penunjangnya dengan melibatkan sekitar 300 miliar sel.
Dan, sungguh sangat menakjubkan, sel-sel saraf itu membentuk sirkuit yang
sangat rumit dan kompleks yang kemudian menjadi pusat kendali kehidupan
manusia. Jutaan kali lebih rumit dan canggih dibandingkan dengan komputer
terhebat abad ini.

Sirkuit sel-sel saraf otak itu membentuk jaringan yang saling terkait
dalam fungsinya. Tidak bisa dipisah-pisahkan. Kerusakan satu sel saja akan
menimbulkan problem besar dalam fungsi otak tersebut, karena sel-sel saraf
otak tidak bisa diperbarui kembali sebagaimana jaringan lain.

Namun demikian, perkembangan saraf otak itu tidaklah berhenti pada saat
bayi terlahir. Karena, kelahiran itu baru titik awal berfungsinya sistem
saraf tersebut. Dan kemudian berkembang terus menuju kesempurnaan sampai
usia dewasa.

Memang perkembangan paling cepat adalah di masa pertumbuhan janin sampai
masa kanak-kanak. Setelah itu, meskipun tetap berkembang, tetapi melambat
kecepatannya, seiring dengan usia.

Setelah masa pembentukan janin di dalam rahim, masa kanak-kanak adalah
masa yang paling kritis dalam pembentukan sistem saraf otak manusia.
Anak-anak yang terlahir dengan cacat penglihatan Misalnya, tenyata sel-sel
saraf yang berkaitan dengan penglihatannya tidak berkembang.

Sel-sel di retina mata memang berkembang pesat sesudah bayi lahir ke
dunia. Jika bayi, sesudah lahir, matanya ditutup tidak boleh melihat sampai
beberapa lama, maka sel-sel di retina matanya tidak akan terbentuk, dan
kemudian sel-sel saraf otaknya juga menjadi mengecil, dan tidak berfungsi.

Otak bagian depan yang bertanggung jawab terhadap kecerdasan anak,
berkembang pesat pada usia 6 - 12 bulan. Jika sel-sel saraf di daerah ini
berkembang secara baik, maka anak akan memiliki kecerdasan tinggi, emosinya
matang, penguasaan bahasanya baik, dan memiliki ketrampilan yang bagus.

Wilayah bahasa di otak anak-anak juga mengalami pemantapan pada usia
sekitar 8 bulan. Sistem saraf terbentuk dengan sangat khas, bersamaan dengan
berkembangnya daerah otak yang disebut cortex prefrontal. Ini daerah yang
sangat berhubungan dengan kesadaran dan konsep diri seseorang.

Pada usia 8 tahun, anak-anak mengalami pemantapan atau keseimbangan fungsi
otak kanan dan kiri. Kedua belahan otak itu memiliki mekanisme yang berbeda
di dalam berpikir. Otak kanan cenderung berpikir intuitif dan artitistik.
Sedangkan otak kiri berpikir secara logis, rasional dan analitis.

Pembelajaran matematika, misalnya, lebih banyak menggunakan otak sebelah
kiri. Demikian pula pembelajaran sains, dan tatabahasa. Sedangkan
pembelajaran seni musik, seni tari, berfantasi dan semacamnya menggunakan
mekanisme otak kanan.

Jika kedua fungsi belahan otak berjalan secara seimbang, maka anak akan
memiliki potensi kecerdasan yang matang, secara intelektual maupun
emosional. Pemantapan itu terjadi pada usia sekitar 8 tahun.

Pada masa janin, bayi, sampai anak-anak, sel-sel saraf akan terbentuk dan
ditempatkan pada posisi-posisi yang tepat di kedua belahan otak itu. Baik
hubungan-hubungan antar sel saraf, maupun sirkuit secara keseluruhan.

Jika pada masa ini terjadi kesalahan penempatan dan pembentukan sirkuit
saraf otak, maka akan terjadi kerusakan yang parah di sistem saraf otak itu
dan menjadikan otak tidak berfungsi secara baik, karena sirkuit-siruitnya
tidak terbentuk.Tapi, jika pembentukan sirkuit berjalan tepat, maka sel-sel
saraf itu tinggal memperbesar ukurannya saja, di kemudian hari.

Keandalan sistem saraf sangat ditentukan oleh ukuran sel-sel sarafnya.
Semakin besar selnya, panjang julurannya, dan luas sirkuitnya, maka semakin
bagus fungsinya. Tapi semakin kecil selnya, pendek julurannya, dan sempit
sirkuitnya, maka fungsinya akan semakin jelek. Sebagaimana sel-sel
penglihatan yang tidak berkembang pada bayi, yang saya contohkan di atas.

Bagian otak yang disebut amygdala ingatan yang bertanggung jawab pada
emosi juga berkembang pada usia anak-anak, yaitu sekitar 3 tahun. Jadi
anak-anak yang tidak terbentuk emosinya dengan baik pada usia itu biasanya
akan memiliki kendala kematangan emosional saat dewasa.

Sementara itu, ingatan rasional pada anak baru berkembang sesudah usia 3
tahun. Karena itu pendidikan di masa kanak-kanak lebih mengedepankan
pendekatan emosional ketimbang rasional. Sesuai dengan bagian otak yang
sudah berkembang.

Dan seterusnya, sel-sel saraf masih berkembang sampai masa dewasa. Setiap
kita melatih kemampuan baru, baik dalam segi bahasa, matematika, maupun
ketrampilan fisik, maka sel-sel saraf otak kita yang berkaitan dengan
pengendalian ketrampilan itu bakal berkembang, bertambah tebal, dan
membentuk sirkuit-sirkuit baru. Maka, otak kita menjadi semakin membesar,
dan berlipat-lipat di permukaannya. Semakin banyak lipatan-lipatan pada otak
seseorang, maka itu menunjukkan semakin cerdas dia.

Otak mengendalikan seluruh aktivitas kehidupan manusia dengan tiga cara,
yaitu sinyal sinyal listrik lewat serabut-serabut saraf, zat-zat kimiawi
yang disebut neurotransmiter, dan hormon-hormon yang dilepaskan ke dalam
darah. Kepada tiga hal itulah aktivitas manusia bertumpu. Kekacauan pada
salah satu dari tiga hal itu akan menyebabkan kekacauan atau bahkan
kelumpuhan pada aktivitas manusia.

Sinyal listrik adalah cara tercepat yang dimiliki oleh mekanisme otak dan
saraf. Setiap memberikan perintah kepada organ atau bagian lain, otak selalu
mengirimkan pesan-pesan lewat sinyal listrik. Seperti pulsa-pulsa telepon
saja layaknya. Atau, seperti remote control televisi, tapi lewat 'kabel'
saraf.

Kecepatan pesan dari otak menuju organ-organ yang dikendalikan itu
sangatlah tinggi, 120 meter per detik. Jadi kalau anda memiliki tinggi 160
cm, maka kecepatan pesan dari otak sampai di ujung kaki anda hanya butuh
waktu sekitar 1/75 detik saja. Karena itu, kaki bisa langsung anda gerakkan
seketika, saat otak anda berkehendak.

Ini memungkinkan anda tidak meleset saat menendang bola, di sebuah
pemainan sepak bola. Bayangkan jika respon anda tidak secepat itu, maka
seorang pemain bola bakal bolak-balik meleset menendang bola yang tertuju
kepadanya. Atau, barangkali seorang kiper akan selalu gagal menangkap bola
yang mengarah ke gawangnya.

Kecepatan respon yang demikian tinggi, ditentukan oleh kualitas 'kabel'
dan sistem perkabelannya, yang menghubungkan antara otak sebagai pusat
kendali dengan organ-organ di seluruh tubuh kita. Demikianlah sistem saraf
bekerja.

Jika sistem perkabelannya jelek, alias susunan sarafnya jelek, maka
kecepatan perintah itu juga akan terganggu. Atau bahkan mengalani kemacetan.
Demikian pula jika kualitas kabelnya buruk, kecepatan sinyal listrik itu
juga akan menurun.

Salah satu keanehan pada sistem saraf ini adalah pada kualitas kabelnya.
Biasanya, agar kecepatan sinyal listrik itu tinggi, dipilihlah kabel dari
bahan logam yang bagus, katakanlah tembaga, atau platina yang memiliki daya
hantaran listrik tinggi.

Namun pada sistem saraf ini 'kabel' yang dipilih justru terbuat dari bahan
isolator, yang terdiri dari lemak, protein dan air. Itulah bahan serat-serat
saraf manusia. Namun demikian, teryata memiliki daya hantaran listrik yang
sangat bagus. Bahkan jauh lebih bagus dari logam-logam konduktor yang kita
kenal.

Kalau logam-logam konduktor digunakan sebagai kabel, maka dipastikan akan
terjadi losses. Pada jarak tertentu kualitas sinyal itu akan turun. Dan
kemudian diperlukan booster untuk meningkatkan kembali kekuatan sinyalnya.

Tapi yang terjadi pada serat-serat saraf itu sungguh sangat menakjubkan.
Tidak terjadi penurunan sinyal-sinyal listrik, karena sepanjang serabut
saraf itu sel-selnya juga berfungsi sebagai booster. Jadi sinyal pesan itu
sampai kepada tujuannya dengan sempurna, bahkan kadang lebih kuat.

Barangkali manusia perlu menyelidiki sistem saraf ini lebih jauh, untuk
menciptakan sistem telekomunikasi yang canggih dan mutakhir. Tidak
menggunakan bahan- bahan logam dan booster, melainkan meniru yang ada di
dalam sistem saraf tersebut. Perkembangan terakhir teknologi komunikasi
adalah menggunakan serat optik yang jauh lebih baik dari bahan konduktor.
Namun saya kira, secara integral masih kalah dengan sistem saraf yang ada di
dalam tubuh manusia.

Sistem hantaran sinyal listrik di dalam sistem saraf itu semakin bagus,
ketika serabut sarafnya, melebar, julurannya semakin banyak, dan myelin
(bahan pembungkus saraf) nya makin tebal.

Agak aneh memang, justru di daerah yang pembungkus sarafnya tebal
kecepatan sinyal listrik itu malah bertambah tinggi. Bahkan sinyal-sinyal
itu bisa melompat-lompat dengan sangat cepat. Dan justru di daerah yang
pembungkus sarafnya tipis, sinyal listriknya berjalan perlahan.

Karena itu untuk mengetahui apakah sistem saraf seseorang berkembang baik
atau tidak, cukup mengamati ketebalan sel saraf dan myelin nya, serta jumlah
juluran-julurannya yang membentuk sirkuit. Semakin tebal sel saraf dan
myelin nya, serta tambah banyak julurannya, serta luas sirkuitnya, maka
sistem sarafnya pasti tambah bagus.

Sel-sel saraf itu seperti plastik yang bisa mulur mungkret jika sering
dipakai, sel-sel saraf tesebut akan membesar, menebal dan memanjang. Tapi
jika tidak pernah dipakai, sel saraf kita bakal mengecil, menipis, dan
kemudian menghilang. Jadi kita tinggal memilih, apakah kita selalu
menggunakannya untuk beraktivitas, dan semakin pintar & terampil, ataukah
kita tidak pernah memakainya, dan kemudian sel-sel itu bakal menghilang, dan
kita menjadi orang yang bodoh!

Selain lewat sinyal-sinyal listrik, otak memerintah organ-organ dengan
menggunakan neurotransmiter. Ini adalah zat kimiawi pembawa pesan.
Neurotransmiter ini diproduksi oleh sel-sel di ujung-ujung saraf otak
seiring dengan sinyal-sinyal listrik yang melewatinya.

Neurotransmiter itu kemudian dilepaskan menuju sel-sel sebelahnya,
diterima oleh zat lain yang disebut reseptor (penerima). Jika reseptornya
cocok dengan neurotransmiter, maka proses mengalirnya pesan itu akan
berlanjut sampai ke organ yang dituju.

Puluhan jenis neurotransmiter yang sudah diketahui fungsinya oleh manusia.
Namun secara garis besar dikelompokkan ke dalam 3 golongan besar, yaitu:
(1). kelompok asam amino seperti GABA dan Glutamat, (2) kelompok Biogenic
Amin, seperti dopamin, ad renalin, dan noradrenalin, (3) kelompok peptida
seperti nitrit oksida.

Masing-masing neurotransmiter itu memainkan peranan yang berbeda-beda
dalam menyampaikan pesan otak kepada organ-organ.

Sebagai contoh, kalau suatu ketika anda sedang cemas atau marah memuncak,
maka anda akan berkeringat dingin, jantung berdenyut lebih kencang
berdebar-debar, dan kadang badan terasa lemas. Ini adalah efek dari
dilepaskannya adrenalin atas perintah otak. Adrenalin disebut juga
epinefrin.

Atau jika anda sedang gembira, maka perasaan gembira itu itu dipicu oleh
lepasnya neurotransmiter bernama enkefalin. Jika, anda mampu bergerak
tangkas trengginas, maka otak anda sedang memainkan neurotransmiter GABA.
Jumlahnya sedang turun. Sebaliknya jika jumlah GABA naik, maka seseorang
menjadi malas.

Bagi orang-orang yang sedang kehilangan mood nya, menjadi kurang daya
konsentrasinya, neurotransmiter serotonin nya lagi turun.

Seseorang bisa mengalami kegilaan disebabkan oleh ulah norepinefrin,
serotonin dan dopamin yang bekerja pada sistem kognisi, sistem koordinasi
gerakan otot, dan kewaspadaan seseorang.

Jadi, kita melihat betapa pentingnya peran neurotransmiter dalam kehidupan
seseorang. Ia adalah Salah satu aktor utama dalam sistem kehidupan manusia,
bersama dengan sinyal-sinyal listrik di serabut saraf dan hormon. Ya, hormon
adalah aktor ketiga di dalam penyampaian pesan dari otak ke seluruh badan.

Jika sinyal listrik dan neurotransmiter bekerja di sepanjang saraf, maka
hormon dilepaskan lewat darah. Zat ini dilepaskan oleh kelenjar hipofise di
otak bagian depan atas perintah Hippothalamus.

Pada kasus orang marah atau cemas, hormon ikut berperan di dalamnya.
Ketika anda cemas berlebihan, maka sistem limbik di otak anda akan bereaksi
cepat memerintahkan Hippothalamus melepaskan hormon CRF (Corticotrophin
Releasing Factor). CRF tersebut lantas meluncur menuju hipofise di bagian
bawah Hippothalamus, dan memancing keluarnya hormon lain, ACTH
(Adrenocorticotrophin Hormone).

ACTH ini lantas masuk ke dalam aliran darah, dan kemudian menuju kelenjar
anak ginjal. Di sana ACTH melepaskan hormon Cortisol yang merangsan saraf
simpatis mengeluarkan adrenalin. Saat itulah anda akan merasakan jantung
anda berdebar-debar, berkeringat dingin, gemetaran, sampai ingin kencing.

Tidak berhenti sampai di situ, cortisol juga bakal mempengaruhi
organ-organ lainnya. Salah satunya, dia akan menyerang Hippocampus sebagai
pusat ingatan rasional anda. Jika itu terjadi, maka anda akan gugup dan lupa
segala yang ada di dalam benak. Lagu yang sudah hafal pun kadang jadi lupa
ketika anda sedang gugup di atas panggung.

Selain itu, rasa lapar dan haus juga diatur secara hormonal oleh kelenjar
hipofise. Demikian pula berbagai mekanisme pencemaan sepanjang usus, sangat
dipengaruhi oleh kerja sistem hormonal.

Sistem hormonal, diketahui sangat terkait dengan ketenangan dan kemampuan
mengendalikan diri seseorang. Jika seseorang gelisah berlebihan misalnya,
tiba-tiba perutnya terasa mulas. Ini pun dikarenakan kerja sistem hormonal.

Berbagai macam mekanisme yang berkaitan dengan seksualitas, juga diatur
secara hormonal. Mulai dari kematangan sel telur seorang wanita, produksi
sperma pada pria, kenikmatan seksualitas, sampai pada kelahiran seorang
bayi, semuanya melibatkan sistem hormonal yang kompleks.

Jadi, kini bertambah lagi kefahaman kita tentang proses-proses penting
dalam pengendalian diri seorang manusia oleh otaknya. Otak melakukan peran
sangat penting mengontrol segala aktivitas seseorang lewat tiga aktor utama,
yaitu sinyal-sinyal listrik, neurotransmiter, dan hormon.

Apakah anda semakin bisa merasakan bahwa keberadaan Jiwa sangat terkait
dengan struktur dan fungsi otak? Ataukah sebaliknya? Atau malah menjadi
ragu? Untuk memantapkan pemahaman, marilah kita bahas bagian-bagian
selanjutnya, yang akan memberikan gambaran dari sudut pandang yang berbeda.

kebutuhan keberagamaan pada usia dewasa dan lanjut usia

May 6, '08 12:54 AM
for everyone

BAB I

PERKEMBANGAN PSIKOLOGI MANUSIA

A . Pendahuluan

Manusia adalah mahluk sosial yang eksploratif dan potensial.Dikatakan makhluk eksploratif ,karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis . Manusia sebagai makhluk potensial karena pada diri manusia tersimpan sejumlah kemampuan bawaan yang dapat dikembangkan secara nyata.

Selanjutnya manusia juga disebut sebagai makhluk yang memiliki prinsip tanpa daya ,karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal manusia memerlukan bantuan dari luar dirinya.Bantuan yang dimaksud antara lain dalam bentuk bimbingan dan pengarahan dari lingkungannya .Bimbingan dan pengarahan yang diberikan dalam dalam membantu perkembangan tersebut pada hakekatnya diharapkan sejalan dengan kebutuhan manusia itu sendiri,yang sudah tersimpan seagai potensi bawaannya .Karena itu bimbingan yang tidak searah dengan potensi yang dimiliki akan berdampak negatif bagi perkembangan manusia.

Dalam diri kita selain mempelajari tentang perkembangan jiwa keduniaan ,kita juga mempelajari jiwa keagamaan karena kita harus melihat kebutuhan-kebutuhan manusia secara menyeluruh sebab kebutuhan manusia yang kurang seimbang antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani akan menyebabkan timbul ketimpangan dalam perkembangan.

Jiwa keagamaan termasuk aspek rohani (psikis) akan sangat tergantung pada aspek fisik,dan dengan demikian pula sebaliknya . Oleh karena itu sering dikatakan kesehatan fisik akan sangat berpengaruh pada kesehatan mental . Selain itu perkembangan juga ditentukan oleh tingkat usia .

Secara garis besar periode perkembangan itu dibagi menjadi 7 masa yaitu : 1 . Masa Pre-natal

2 . Masa Bayi

3 . Masa Kanak-kanak

4 . Masa Pre-pubertas

5 . Masa Pubertas

6 . Masa Dewasa

7 . Masa Usia Lanjut

Setiap masa perkembangan memiliki ciri-ciri sendiri ,termask jiwa keagamaan.

Sehubungan dengan kebutuhan manusia dan periode perkembangan tersebut ,maka dalam kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan akan dilihat sebagaimana pengaruh timbal-balik antara keduanya .Dengan demikian perkembangan jiwa keagamaan juga akan dilihat dari tingkat usia dewasa dan usia lanjut.

BAB II

JENIS DAN KEBUTUHAN

A . Macam Kebutuhan

Dalam bukunya pengantar psikologi Kriminil karya Drs .Gerson W .Bawean .S.H. Mengemukakan Pembagian kebutuhan manusia berdasarkan pembagian yang dikemukakan oleh J P Guil Ford Sebagai berikut :

1 . Kebuthan Individual terdiri dari :

a ) Homeostatis yaitu kebutuhan yang di tuntut tubuh dalam prose penyesuaian diri dengan lingkungan.

b ) Regulasi Temperatur , penyesuaian tubuh dalam usaha atasi kebutuhan akan perubahan Temperatur badar .

c ) Tidur . kebutuhan manusia yang perlu dipenuhi dan terhindar dari gejala halusinasi.

d ) Lapar , kebutuhan biologis yang harus dipenuhi untuk membangkitkan energi tubuh sebagai organis .

e ) Seks , kebutuhan seks sebagai salah satu kebutuhan yang muncul dari dorongan mempertahankan jenis .

Tidak terpenuhinya kebutuhan seks ini akan mendatangkan gangguan-gangguan kejiwaan dalam perilaku seksual yang menyimpang (Abnormal) seperti :

1. Sadisme ,kepuasan nafs seks dengan cara menyakiti orang lain.

2. Mosochisme , kepuasan nafsu dengan jalan menyakiti diri sendiri .

3. Exhibitionisme , pemuas nafsu seksual dengan jalan menunjukkan daerah terlarang kepada orang lain .

4. Scoptophilia , pemuas nafsu seksual dengan cara mengintip lakon seks.

5. Transeksual , pemuas nafsu dengan jalan mengganti jenis kelamin .

6. Sexualoralisme , Pemuas nafsu dengan jalan memadukan mulut (oral) dengan alat kelamin.

7. Sodomy (non/Vagian Coitus) , Istilah islam dikenal dengan liwath.

Selanjutnya kelainan seksual ini pun dapat menyebabkan orang memuaskan nafsu seksnya dengan menggunakan objek lain.Diantaranya jenis kelainan itu meliputi :

1. Homoseksual.Pemuas nafsu seksual antara sesama laki-laki.Sesama perempuan disebut lesbian.

2. Pedophilia.Pemuas nafsu dengan anak-anak sebagai objeknya.

3. Bestiality.Pemuas nafsu dengan binatang sebagai objeknya.

4. Zoophilia.Pemuas nafsu seksual dengan cara mengelus-elus binatang.

5. Necrophilia.Pemuas nafsu seksual dengan cara mengadakan hubungan kelamin dengan mayat.

6. Pornography.Pemuas nafsu dengan cara melihat gambar atau dengan membaca buku cabul.

7. Obscenity.Pemuas nafsu dengan cara mengeluarkan kata-kata kotor.

8. Insest.Pemuas nafsu dengan cara melakukan hubungan kelamin dengan kerabat.

9. Masturbasi.Pemuas nafsu dengan cara berfantasi dengan apa yang disukainya terutama wanita.

Uraian diatas menunjkkan walau tidak sepenuhnya benar , maka pendapat S.Freud tentang peranan libido seksual dalam kehidupan manusia perlu diperhatikan terutama dikalangan remaja.

f ) Melarikan diri yaitu : kebutuhan akan perlindungan dan keselamatan jasmani dan rohani.Melarikan diri dari bahaya atau sesuatu yang dianggap bahaya merupakan reaksi yang wajar sebagai usaha proteksi.

g ) Pencegahan yaitu : Kebutuhan manusia untuk mencegah terjadinya reaksi melarikan diri.

h ) Ingin tahu (Curiosity) yaitu : Kebutuhan manusia di bidang rohani untk ingin selalu mengetahui latar belakang kehidupannya.

i ) Humor yaitu : Kebutuhan manusia untuk mengendorkan beban kejiwaan yang dialaminya dalam bentuk verbal dan perbuatannya.

Sigmund Fred membagi humor atas :

1. Aggressive Wit , yaitu humor yang menyinggung perasaan orang lain.

2. Harnless Wit , Yaitu humor yang tidak menyinggung perasaan orang lain.

Dari jenis humor itu menurut freud sebagian besar mengarah pada masalah yang bersifat porno.Menurutnya masalah porno umumnya yang banyak dijadikan orang untuk bahan humor.

2 . Kebutuhan sosial

Kebutuhan sosial manusia tidak disebabkan pengaruh yang datang dari luar (stimulus ) seperti layaknya pada binatang .Kebutuhan sosial pada manusia berbentuk nilai .Jadi kebutuhan itu bukan semata-mata kebutuhan biologis melainkan juga kebutuhan rohaniah.

Bentuk kebutuhan ini menurut Guilford terdiri dari :

Ø Pujian dan hinaan Pujian merangsang manusia untuk mengejar prestasi dan kedudukan yang terpuji sedangkan hinaan menyadari manusia dari kekeliruan dan pelanggaran terhadap etika sosial.

Ø Kekuasaan dan mengalah Kebutuhan kekuasaan dan mengalah ini tercermin dari adanya perjuangan manusia yang tidak ada hentinya dalam kehidupan.

Ø Pergaulan . Kebutuhan manusia yang mendorong manusia untuk bergaul sebagai homo socius (Makhluk bermasyarakat) dan Zonpoliticon (Makhluk yang berorganisasi).

Ø Imitasi dan simpati . Kebutuhan manusia dalam pergaulannya yang tercermin dalam bentuk meniru dan mengadakan respon emosionil.Tindakan tersebut menurutnya adalah sebagai akibat adanya kebutuhan akan imitasi dan simpati.

Ø Perhatian . Kebutuhan akan perhatian merupakan satu-satunya kebutuhan sasial yang terdapat pada setiap individu.

3 . Kebutuhan manusia akan agama

Selain kebutuhan yang disebut diatas ,masih banyak lagi kebutuhan manusia yang perlu diperhatikan yanitu kebutuhan agama . Manusia disebut juga makhluk yang beragama (homo religius) . Akhmad yamani mengemukakan bahwa tatkala Allah SWT membekali insan itu dengan nikmat berpikir dan daya penelitian ,diberinya pula rasa bingung dan bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam sekitarnya sebagai imbangan atas rasa takut terhadap kegarangan dan kebengisan alam itu.Hal inilah yang mendorong insan tadi untuk mencari-cari insan tadi u ntuk mencari-cari suatu kekuatan yang dapat melindungi dan membimbingnya di saat-saat yang gawat . insan primitif telah menemukan apa yang dicarinya pada gejala alam itu sendiri . Secara berangsur dan silih berganti gejala-gejala alam tadi diselaraskan dengan jalan hidupnya . Dengan demikian timbullah penyembahan terhadap api,matahari,bulan,atau benda-benda lain dari gejala-gejala alam tersebut.

Menurut Robert Nuttin dorongan beragama merupakan salah satu dorongan yang bekerja dalam diri manusia sebagaimana dorongan –dorongan lainnya,seperti : makan,minum,intelek dan lain sebagainya.Sejalan dengan hal itu maka dorongan beragamapun menuntut untuk dipenuhi sehingga pribadi manusia mendapat kepuasan dan ketenangan.Selain itu dorongan beragama juga merupakan kebutuhan insaniah yang tumbuhnya dari gabungan berbagai faktor penyebab yang bersumber dari rasa keagamaan.

Menurut Muzayyin Arifin , be rdasarkan pandangan ulama yang telah memberikan makna terhadap istilah fitrah manusia yang diangkat dari firman Allah dan sabda nabi di atas,maka dapat diambil kesimpulan bahwa fitrah adalah suatu kemampuan dasar berkembang manusia yang dianugrahkan Allah kepadanya.

Didalamnya terkandung berbagai komponen psikologis yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menyempurnakan bagi hidup manusia . Komponen itu terdiri atas :

a. Kemampuan dasar untuk beragama secara umum , tidak hanya terbatas pada agama islam.

b . Kemampuan dasar untuk beragama islam (ad-dinul Qayyimaah) ,di mana faktor iman sebagai intinya.

c .Mawahib (bakat) dan Qabiliyyat (tendensi dan kecenderu-ngan ) yang mengacu pada keimanan kepada allah.

Fitrah dapat dilihat dari dua segi yaitu : Pertama,segi naluri sifat pembawaan manusia atau potensi tauhid yang menjadi potensi sejak lahir. Dan yang kedua,dapat dilihat dari segi wahyu tuhan yang diturunkan kepada Nabi-nabiNya.Jadi potensi manusia dan agama wahyu itu merupakan satu hal yang tampak dalam dua sisi,ibaratnya mata uang logam yang mempunyai sisi yang sama.

B . SIKAP KEBERAGAMAN PADA ORANG DEWASA

Usia dewasa merupakan usia yang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna hidup,dengan kata lain orang dewasa sudah memahami nilai-nilai yang dipilihnya dan berusah untuk mempertahankan nilai-nilai yang dipilihnya .Orang dewasa sudah memiliki identitas yang jelas dan kepribadian yang mantap.

Kemantapan jiwa orang dewasa ini setidaknya memberikan gambaran tentang bagaimana sikap keberagamaan pada orang dewasa.Mereka sudah memiliki tanggungn jawab terhadap sistem nilai yang sudah dipilihnya,baik sistem nilai yang berasumber dari ajaran agama maupun yang bersumber dari norma-norma lain dalam kehidupan .Pokoknya , pemilihan nilai-nilai tersebut telah didasarkan ataspertimbangan pemikiran yang matang . Berdasarkan hal ini ,maka sikap keberagamaan seorang diusia dewasa sulit untuk diubah ,jikapun terjadi perubahanmungkin proses itu terjadi setelah didasarkan pada pola pemikiran dan pertimbangan yang matang.

Sebaliknya , jika seorang dewasa memilih nilai yang bersumber dari nilai-nilai non agama , itupun akan dipertahankannya sebagai pandangan hidupnya . Kemungkinan ini akan memberi peluang bagi kecenderungan munculnya sikap yang anti agama .

Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya maka sikap keber-agamaan pada usia dewasa antar lain memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang , bukan sekedar ikut-ikutan.

2. Cenderung bersifat realis , sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.

3. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan .

4. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangandan tanggung jawab diri sehingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup.

5. Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.

C . MANUSIA USIA LANJUT DAN AGAMA

Pada tahap kedewasaan awal terlihat krisis psikologi yang dialami oleh karena adanya pertentangan antara kecenderungan untuk mengetratkan hubungan dengan kecenderungan untuk mengisolasi diri . Terlihat kecenderungan untuk berbagi perasaanbertukar pikiran dan memecahkan berbagai problema kehidupan dengan orang lain ( Rit Atkinson,1983 : 97) .

Mereka yang menginjak usia ini (sekitar 25-40 Th) memilikikecenderungan besar untuk berumah tangga ,kehidupan sosial yang lebih luas serta memikirkan masalah-masalah agama yang sejalan denganlatar belakang kehidupannya .

Selajutnya pada tingkat kedewasaan menengah (40-65 th) manusia mencapai puncak periode usia yang paling produktif . Tetapi dalam hubungannya dengan kejiwaan , maka pada usia ini terjadi krisis akibat pertentangan batin antara keinginan untuk bangkit dengan kemunduran diri.Karena itu umumnya pemikiran mereka tertuju pada upaya untuk kepentingan keluarga ,masyarakat dan generasi mendatang.

Adapun di usia selanjutnya yaitu setelah usia di atas 65 tahun manusia akan menghadapi sejumlah permasalahan . Permasalahan pertama adalah penurunan kemampuan fisik hingga kekuatan fisik berkurang , aktifitas menurun , sering mengalami gangguan kesehatan yang menyebabkan mereka kehilangan semangat.

Adapun sikap keberagamaan pada usia lanjut justru mengalami peningkatan dan untuk proses seksual justru mengalami penurunan .

Berbagai latar belakang yang menjadi penyebab kecenderungan sikap keagamaan pada manusia usia lanjut ,secara garis besar ciri-ciri keberagamaan di usia lanjut adalah

1. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan .

2. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.

3. Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara lebih sungguh-sungguh.

4. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesama manusia , serta sifat-sifat luhur.

5. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan usia yang bertambah lanjut .

D . PERLAKUAN TERHADAP USIA LANJUT MENURUT ISLAM

Manusia usia lanjut dalam penelitian banyak orang adalah manusia yang sudah tidak produktif lagi . Kondisi fisik rata-rata sudah menurun , sehingga dalam kondisi yang sudah uzur ini berbagai macam penyakit sudah siap untuk menggerogoti mereka . Dengan demikian di usia lanjut ini terkadang muncul semacam pemikiran bahwa mereka berada pada sisa umur menunggu datangnya kematian .

Menurut Lita L . Atkinson , sebagian besar orang-orang yang berusia lanjut (usia 70-79 th) menyatakan tidak merasa dalam keterasingan dan masih menunjukkan aktifitas yang positif . Tetapi perasaan itu muncul setelah mereka memperoleh bimbingan semacam teraphi psikologi .

Kajian psikologi berhasil mengungkapkan bahwa di usia melewati setengah baya , arah perhatian mereka mengalami perubahan yang mendasar . Bila sebelumnya perhatian diarahkan pada kenikmatan materi dan duniawi , maka pada peralihan ke usia tua ini , perhatian mereka lebih tertuju kepada upaya menemukan ketenangan batin .Sejalan dengan perubahan itun , maka masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan akherat mulai menarik perhatian mereka.

Perubahan orientasi ini diantarnya disebabkan oleh pengaruh psikologis . Di satu pihak kemampuan fisik pada usia tersebut sedah mengalami penurunan .Sebaliknya di pihak lain , memiliki khasanah pengalaman yang kaya . Kejayaan mereka di masa lalu yang pernah diperoleh sedah tidak lagi memperoleh perhatian , Karena secara fisik mereka dinilai sudah lemah . Kesenjangan ini menimbulkan gejolak dan kegelisahan-kegelisahan batin .

Apabila gejolak-gejolak batin tidak dapat di bendung lagi , maka muncul gangguan kejiwaan seperti stress , putus asa , ataupun pengasingan diri dari pergaulan sebagai wujud rasa rendah diri (inferiority). Dalam kasus-kasus seperti ini , umumnya agama dapat difungsikan dan diperankan sebagai penyelamat . Sebab melalui ajaran pengamalan agama , manusia usia lanjut merasa memperoleh tempat bergantung . Fenomena adanya para pejabat pensiunan seperti ini sudah jamak terlihat di masyarakat akhir-akhir ini .

Sebagai dalam memberi perlakuan yang baik kepada kedua orang tua ,Allah menyatakan :

Jika salah seorang di antara keduanya atau keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu , maka jangan sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan jangan kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia . (Qs 17 : 23)

BAB III

PENUTUP

A . KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa :

1. Macam kebutuhan di bagi menjadi tiga yaitu : kebutuhan individual , kebutuhan social , kebutuhan manusia akan agama .

2. Dorongan beragama merupakan salah satu dorongan yang bekerja dalam diri manusia.

3. Salah satu fitrah manusia adalah manusia menerima Allah SWT sebagai tuhan , dengan kata lain manusia itu adalah dari asal mempunyai kecenderungan beragama , sebab agama itu sebagian dari fitrah-Nya .

4. Keberagamaan seorang dewasa cenderung didasarkan atas pemilihan terhadap ajaran agama yang dapat memberikan kepuasan batin atas dasar pertimbangan akal sehat.

5. Manusia usia lanjut dalam penelitian banyak orang adalah manusia yang sudah tidak produktif lagi . Kondisi fisik rata-rata sudah menurun , sehingga dalam kondisi yang sudah uzur ini berbagai macam penyakit sudah siap untuk menggerogoti mereka . Dengan demikian di usia lanjut ini terkadang muncul semacam pemikiran bahwa mereka berada pada sisa umur menunggu datangnya kematian .

6. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan .

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kosmetik merupakan bahan alami untuk perawatan, dekorasi dan wangi wangian. Bahan alami yang digunakan berasal dari alam bebas yang disekeliling kehidupan manusia.
Kosmetik adalah bahan atau campuran untuk digosokan, diletakan, dituangkan, disemprotkan pada bagian luar badan (epidermis rambut, kuku, bibir) untuk membersihkan, memelihara dll supaya dalam keadaan baik, karena terjadi kontak antara kosmetik dengan kulit, maka memungkinkan kosmetik diserap tubuh. Dalam penggunaan pasta gigi yaitu bermanfaat dan dapat dipertangung jawabkan dan lebih diutamakan berflourida.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik suatu masalah apakah kloroform dalam pasta gigi memenuhi persyaratan
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam KTI untuk mengetahui identifikasi kloroform dalam pasta gigi.

BAB II
LANDASAN TEORI

C. Pengertian Remaja
Pada dasarnya pandangan bahwa remaja sebagai makhluk individu merupakan satu kesatuan dari aspek fisik atau jasmani dan psikis atau rohani yang sedang mengalami perkembangan dan perubahan guna menuju pada suatu tahap kematangan dalam rangkaian yang tidak terpisahkan. Sabagaimana para filsuf Yunani berpendapat bahwa bagian fisik atau jasmani merupakan aspek individu yang bersifat kasat mata, kongkret dan dapat diamati sehingga lebih mudah kita ketahui adanya perkembangan pada remaja, sedangkan aspek psikis, rohani atau jiwa merupakan aspek individu yang sifatnya abstrak, immaterial dan tidak dapat diamati, hal ini dapat kita ketahui dengan perubahan sikap dan tingkah laku remaja.
Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescere, berasl dari bahasa Latin yang artinya "Tumbuh atau tumbuh mencapai kematangan". Zakiah Daradjat berpendapat mengenai remaja bahwa, "Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa anak-anak dan masa dewasa , dimana anak-anak mengalami petumbuhan cepat disegala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak, baik bentuk badan, sikap, cara berfikir dan bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang". Menurut Mappiaer,
"Masa remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun bagi wanita dan 13-22 tahun bagi pria". Rentang usia remaja ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahaun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir".

Bangsa primitif dan orang-orang purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan, anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi. Bahkan di Amerika Serikat saat ini, individu dianggap dewasa apabila sudah berumur 18 tahun.
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali dengan mudah orang mendefinisikan remaja sebagai periode transisi antara masa ank-anak menuju masa dewasa (masa usia belasan tahun) atu seseorang menunjukkan bahkan memaksakan berperilaku tertentu tapi kondisi kejiwaan belum siap dan lingkungan tidak sepenuhnya menerima sehingga membuat mereka ada di persimpangan, satu sisi mereka ingin hidup mandiri, bertanggung jawab dan berfikir matang akan tetapi mereka masih bergantung pada pertolongan dan perlindungan orang tua. Seperti pendapat Monks dkk, "Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa oleh karena itu, remaja serin kali dikenal dengan fase mencari jati diri atau fase topan dan badai. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya". Namun yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dari aspek kognitif, emosi maupun fisik.
Masalahnya sekarang, kita tidak dapat berhenti hanya dengan definisi tersebut. Sulit atau mudah, masalah-masalah yang menyangkut remaja kian hari kian bertambah. Berbagai media, ceramah maupun seminar yang mengupas dari segi kehidupan remaja mulai dari hubungan remaja dengan orang tuanya, teman-temannya hingga perilaku keseharian, menunjukkan bahwa seriusnya masalah ini dirasakan oleh masyarakat kita. Terlebih lagi kalau kita pertimbangkan bahwa remaja sebagai generasi yang akan mengisi berbagai posisi dalam masyarakat dimasa yang akan datang. Yang meneruskan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara dimasa depan, maka pembahasan mengenai masalah remaja secara tuntas dan mendalam tidak dapat dihindari lagi. Dan berikut ini definisi remaja ditinjau dari berbagai aspek :
a . Remaja Dan Perkembanganya
Dalam ilmu kedokteran dan ilmu biologi remaja di kenal sebagai suatu tahap perkembangan dimana alat-alat kelamin manusia mencapai kematamgan, dan dasarnya pertumbuhan dan perkembangan adalah suatu proses untuk menjadi yang lebih. Sehubungan dengan ini secara anatomis fisik remaja mengalami perubahan sempurna baik bentuk maupun fungsinya.

b . Remaja Menurut Hukum
Konsep tentang remaja bukanlah berasal dari bidang hukum melainkan berasal dari ilmu-ilmu sosial lain (antropologi, sosiologi dan psikologi) tidak mengherankan kalau berbagai undang-undang yang ada di berbagai Negara di dunia tidak dikenal istilah remaja. Di Indonesia sendiri konsep remaja tidak dikenal dalam sebagian undang-undang yang berlaku, hukum Indonesia hanya mengenal anak-anak dan dewasa walaupun batasan yang diberikan untuk itupun bermacam-macam. Srlito Wirawan Sarwono yang berpendapat bahwa, "Anak-anak yang berusia kurang dari 18 tahun masih menjadi tanggung jawab orang tuanya kalau ia melanggar pidana". Jadi tingkah laku mereka yang melanggar hukum itu belum bisa disebut sebagai kejahatan (kriminal) melainkan hanya disebut sebagai kenakalan, kalau ternyata kenakalan-kenakalan tersebut menbahayakan masyarakat dan patut dijatuhi hukuman, maka orang tuanya yang bertanggung jawab.

c .Remaja Menurut Badan Dunia
Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja lebih bersifat konseptual, menurut WHO remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat ia pertama kali menunjukan tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, individu akan mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa serta terjadi peralihan dari ketergantungan sosial dan ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri, berawal dari definisi tersebut WHO menetapkan bahwa usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja.

d . Remaja Menurut Masyarakat Indonesia
Mendefinisikan remaja untuk masyarakat Indonesia sama sulitnya untuk menetapkan definisi remaja secara umum. Hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat dan tingkatan sosial, ekonomi maupun pendidikan dengan kata lain belum ada profil tentang remaja Indonesia yang seragam berlaku secara nasianal, namun demikian sebagai pedoman umum kita dapat menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
1) Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai nampak (kriteria fisik).
2) Di masyarakat Indonesia usia 11 tahun sudah dianggap aqil baligh, baik menurut adat maupun agama sehingga masyarakat tidak lagi memerlukan mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial).
3) Pada usia tersebut (11-24) mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri, tercapainya fase genital dari perkembangan psikoseksual serta tercapainya puncak perkembangan moral (kriteria psikologistik).
4) Batas usia 24 tahun merupakan batasan maksimal yaitu untuk memberi peluang bagi mereka yang sampai batasan usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang tua, belum mempunyai hak penuh terhadap orang dewasa (secara adat atau tradisi).
5) Status perkawinan, dimasyarakat kita hal tersebut sangat menentukan, sebab seseorang yang sudah menikah pada usia berapapun dinggap dan diperlukan sebagai orang dewasa penuh, baik secara hukum maupun secara kehidupan masyarakat dan keluarga.
Sebagaimana yang didefinisikan Zakiyah Daradjat bahwasanya masa remaja merupakan masa peralihan dimana dalam kondisi remaja mulai mencari identitas diri. Pada masa ini biasanya ditandai dengan beberapa kecenderungan yang diakibatkan dari masih labilnya emosi, kecenderungan-kecenderungan tersebut antara lain :


BAB III
PELAKSANAAN
A. Tempat dan waktu
B. Alat dan Bahan
C. Prosedur Analisa
4. Larutan Uji
Cuplikan tanpa perlakuan lebih lanjut
2. Larutan Uji
a. Sejumlah ? 2 gram cuplikan + 2 ml larutan 2, nattol 1 % dipanaskan terbentuk warna biru telur asin.
b. Sampel + 2ml Resorsin 1 % bawah dalam air + 5 tetes NaOH 18 % beningan warna kuning
c. Sampel + kawat tembaga nyala api bunsen nyala hijau

BAB IV
PENELITIAN
4.1 Data Analisa
Hasil dari penelitian didapatkan pada identifikasi kloroform dalam pasta gigi sebagai berikut :



BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 7-12 Mei 2007, telah diperoleh hasil sebagai berikut :
A. Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan Berkas Rekam Medis Rawat Inap Inaktif
Tata cara dalam pelaksanaan pemusnahan berkas rekam medis rawat inap inaktif masih belum sesuai dengan standard Depkes tentang petunjuk teknis pengadaan formulir rekam medis di rumah sakit disebabkan oleh :
1. Semua berkas rekam medis disimpan sebagai berkas aktif selama 5 tahun terhitung dari tanggal pasien pulang atau kunjungan terakhir dan setelah itu disimpan sebagai berkas inaktif selama 2 tahun baru kemudian dilakukan penyusutan atau penghapusan.
2. Semua berkas rekam medis yang dimusnahkan tidak ada yang diabadikan, kecuali pada kasus-kasus tertentu seperti HIV/ AIDS, bayi, dan congenital, yang diabadikan hanya print out data identitas social, lembar operasi bila ada operasi, dan discharge summary/ resume keluar yang berisi identitas social pasien, ruangan, tanggal pasien masuk RS dan keluar RS, keluhan, pemeriksanaan, hasil pemeriksaan, diagnosa, pengobatan/ tindakan, nama dan tanda tanga dokter. Hal ini dapat menimbulkan masalah, misalnya :
a. Tidak tersedianya informasi yang lengkap mengenai penyakit pasien yang berobat ulang terutama penyakit-penyakit khusus seperti penyakit jiwa, ketergantungan obat, orthopedic, kusta, dan mata di mana dalam perawatannya atau penyembuhannya membutuhkan waktu yang lama.
b. Tidak tersedianya data medis yang digunakan untuk kepentingan hokum (aspek legal) minimal 23 tahun setelah ada kepastian hokum.
c. Tidak tersedianya bahan untuk penelitian bagi mahasiswa kesehatan khususnya mahasiswa kedokteran tentang penyakit-penyakit tertentu yang membutuhkan perawatan atau penyembuhan dalam waktu yang lama.

B. Pembuatan Berita Acara Pemusnahan Berkas Rekam Medis Rawat Inap
Pembuatan berita acara pemusnahan di RSU Dr. Saiful Anwar Malang belum sesuai dengan standard Depkes yang harus dibuat rangkap 2, yang asli disimpan di RS, lembar kedua dikirim kepada pemilik RS. Sedangkan di RSU Dr. Saiful Anwar Malang berita acara pemusnahan dibuat rangkap 5 yang dikirim kepada :
1. Pimpinan/ Direktur rumah sakit
2. Ka. Sub Bid. Rwekam Medis
3. Ka. Bid. PPRM
4. Tim Penghapusan Barang
5. Ka. Bag. Umum sebagai arsip rumah sakit
Hal ini disebabkan karena berita acara digunakan sebagai bahan bukti kepada pihak-pihak tersebut di atas bahwa RSU Dr. Sauful Anwar Malang telah melaksanakan pemusnahan berkas rekam medis.



C. Jumlah Berkas Rekam Medis Rawat Inap yang Harus Dimusnahkan
Berkas rekam medis rawat inap inaktif pada tahun 1999 yang sudah tidak mempunyai nilai guna dan harus dimusnahkan sebanyak 27.357 berkas.

notok

DEFINISI MENURUT HUKUM INDONESIA

Konsep ”remaja” tidak dikenal dalam sebagian undang-undang yang berlaku.

Contoh data :

Hukum Perdata

Usia ≥ 21 tahun (atau kurang tapi sdh menikah) à dewasa

Usia < 21 tahun (dan belum menikah) à masih butuh wali untuk melakukan tindakan hukum perdata (mis. Mendirikan perusahaan atau membuat perjanjian di hadapan pejabat hukum)

Hukum Pidana

Usia ≥ 18 tahun (atau kurang tapi sdh menikah) à dewasa

Usia < 18 tahun (blm menikah) à anak-anak (msh mjd tgjwb orang tua), contoh: jika melakukan pencurian tdk disebut tindakan kejahatan (kriminal) tapi disebut ”kenakalan”, jika tindakan tersebut patut dijatuhi hukuman negara dan orang tuanya ternyata tidak mempu mendidik anak itu lebih lanjut maka mjd tgjwb negara dan dimasukkan ke dalam lembaga pemasyarakatan khusus anak-anak (di bawah Departemen Kehakiman)

Undang-undang Kesejahteraan Anak (UU No.4 / 1979)

Usia < 21 tahun à anak-anak, berhak mendapat perlakuan dan kemudahan-kemudahan yang diperuntukkan bagi anak (misal : pendidikan, perlindungan dari orang tua, dll.)

UU Lalu Lintas

Usia ≥ 18 tahun à SIM A (SIM kendaraan roda 4 berbobot < 2 ton)

Usia ≥ 21 tahun à SIM B I ke atas (SIM kendaraan roda 4 > 2 ton)

Usia ≥ 16 tahun à SIM C (kendaraan roda 2)

UU tidak mengecualikan mereka yang sudah menikah di bawah usia tersebut dan memperlakukan semua di bawah usia tsb sebagai belum cukup umur atau belum dewasa.

Hanya UU Perkawian saja yang mengenal konsep remaja walau tidak terbuka.

UU Perkawinan

Pasal 7 UU no.1 1974 ttg Perkawinan

Usia 16 tahun (wanita) & 19 tahun (pria) à usia minimal suatu perkawinan

Usia < 21 tahun à masih dibutuhkan izin orang tua untuk menikahkan

Usia ≥ 21 tahun à sudah tidah dibutuhkan izin orang tua untuk menikahkan

Jadi usia 16/19 s/d 21 tahun à dianggap belum dewasa penuh à disejajarkan dengan pengertian-pengertian ”remaja” dalam ilmu sosial

II. REMAJA DITINJAU DARI SUDUT PERKEMBANGAN FISIK

Remaja adalah :

masa pematangan fisik (± 2 tahun) : ”PUBERTAS”

wanita à dihitung mulai haid pertama

laki-laki à dihitung mulai mimpi basahnya

Istilah :

Inggris à ”Puberty”

Latin à (1) The Age of Manhord (Usia Kedewasaan), (2) “Pubescere” (pertumbuhan rambut di daerah tulang ‘pusic’ / di bawah kemaluan)

Note :

Sulit menentukan batas umur remaja, karena proses biologis tersebut dipengaruhi keadaan lingkungan, khususnya keadaan gizi yang lebih baik yang mempercepat pertumbuhan organisme seksual manusia . Usia menarche (awal haid) dipengaruhi oleh hubungan antar jenis yang serba boleh (permisif), sehingga mempercepat kematangan tubuh.

III. REMAJA MENURUT WHO

Remaja adalah seuatu masa dimana :

1. individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual

2. individu mengelami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa

3. terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang lebih mandiri

(Muangman, 1980, hal. 9)

WHO menetapkan usia 10-20 tahun à Remaja

Karena kehamilan dalam usia-usia tersebut mempunyai resiko yang lebih tinggi daripada kehamilan dalam usia-usia di atasnya. (Sanderowitz dan Paxman, 1985)

Penetapan umur tersebut diberlakukan juga pada laki-laki.

WHO membagi 2 tahap remaja :

1. Remaja awal : 10-14 tahun

2. Remaja akhir : 15-20 tahun

Usia pemuda berdasarkan :

  • PBB à 15-24 tahun
  • Sensus penduduk 1980 (di Indonesia) à 14-24 tahun

IV. DEFINISI SOSIAL-PSIKOLOGIK

Csikszentimilhalyi & Larson (1984, hal 19):

Menyatakan bahwa puncak perkembangan jiwa itu ditandai dengan adanya proses perubahan dari kondisi “Entropy (isi banyak tapi belum terkait dengan baik)” ke kondisi “Negentropy (isi kesadaran tersusun dengan rapi, pengetahuan yang satu terkait dengan pengetahuan yang lain dan pengetahuan jelas hubungannya dengan sikap atau perasaan.

V. DEFINISI REMAJA UNTUK MASYARAKAT INDONESIA

Pedoman umum à usia 11-24 tahun dan belum menikah

BAB II

TINJAUAN TEORI

Awal mula konsep tentang remaja

*Konsep anak sudah dikenanl sejak abad ke-13

*Remaja baru dikenal secara meluas dan mendalam pada awal abad ke-20 namun tulisan-tulisan klasik yang menunjukkan indikasi tetantang remaja suda ada sejak jaman filsuf Aristoteles (384-322 SM) dan J.J. Rousseau dalam bukunya Emile (1762)

Tahap perkembangan jiwa menurut Aristoteles sbb :

1. 0-7 thn : masa kanak-kanak (infancy)

2. 7-14 th : masa anak-anak (boyhood)

3. 14-21 th : masa dewasa muda (young manhood)

(R.E. Muss, 1968, hal 15)

Batas usia 21 tahun tetap digunakan dalam kitab-kitab hukum bbbg negara, sebagai batas usia dewasa.

Empat tahap perkembangan Rousseau :

1. 0-4/5 thn à masa kanak-kanak (infancy)

2. 5-12 thn à masa bandel (savage state)

3. 12-15 thn à bangkitnya akal (ratio), nalar (reason) dan kesadaran diri (self conciosness)

4. 15-20 thn à masa kesempurnaan remaja (adolescene proper) dan merupakan puncak perkembangan emosi.

(R.E. Muss, 1968, hal 27-30)

Teori Rousseau yang merekapitulasi (meringkas) perkembangan evolusi umat manusia pada perkembangan individu manusia mempunyai pengikut di awal abad ke 20 yaitu G.S Hall (1844-1924) sarjana psikologi Amerika Serikat yang oleh beberapa buku teks disebut sebagai Bapak Psikologi Remaja.

Petro Bloss (1962)

Proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap perkembangan remaja :

  1. Remaja Awal (Early Adolescene)

- masih heran pada diri sendiri

- mengembangkan fikiran baru

- cepat tertarik pada lawan jenis

- kurang kendali thd “ego” (sulit mengerti dan dimengerti orang lain)

  1. Remaja Madya (Midle Adolescene)

- membutuhkan kawan-kawan

- cenderung ”narcistic” (mencintai dirinya sendiri, suka dengan teman-teman yang memiliki sifat yang sama / mirip dengan dia)

- labil

  1. Remaja Akhir (Late Adolescene)

Masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian 5 hal berikut :

a. minat terhadap fungsi-fungsi intelektual

b. egonya mencari kesempatan bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru

c. identitas seksual tidak brubah lagi

d. egosentrisme diganti dengan keseimbangan anatara kepentingan sendiri dengan orang lai

e. tumbuh ”dinding” yang memisahkan diri pribadinya dan maayarakat umum

John Amos Comenius (1592-1670)

” Teori pendidikan yang berwawasan perkembangan jiwa yang didasarkan pada teori Psikologis Fakultas”

Pembagian tersebut adalah dalam 4 tahap, @ lamanya 6 tahun :

1. 0-6 tahun à pendidikan oleh ibu sendiri (mother school) untuk mengembangkan bagian dari jiwa (=fakultas) penginderaan dan pengamatan

2. 6-12 tahun à pendidikan dasar (elementary education) sesuai dengan berkembangnya fakultas ingatan (memory) dan diberikanlah dalam tahap ini pelajaran-pelajaran bahasa, kebiasaan-kebiasaan sosial dan agama.

3. 12-18 tahun à sekolah lanjutan (latin school) sesuai dengan berkembangnya fakultas penalaran (reasoning). Pada tahap ini anak-anak dilatih untuk mengerti prinsip-primsip kausalitas (hub. Sebab akibat) melalui pelajaran tata bahasa, ilmu alam, matematika, etika, dialektika dan retorika.

4. 18-24 tahun à pendidikan tinggi (universitas) dan pengembangan(travel) untuk mengembangkan fakultas kehendak (faculty of will)

(R.E. Muss, 1968, hal.21-23)

Kurt Lewin

Tingkah laku yang menurut pendapatnya akan selalu tdpt pada remaja :

  1. Pemalu dan perasa, tetapi cepat marah dan agresif sehubungan belum jelasnya batas-batas antara berbagai sektor di lapangan psikologik remaja.
  2. Ketidakjelasan batas-batas ini menyebabkan pula remaja terus-menerus merasakan pertentangan antara sikap, nilai, ideologi, dan gaya hidup
  3. Konflik sikap, nilai dan ideologi tersebut di atas muncul dalam bentuk ketegangan emosi yang meningkat.
  4. Ada kecenderungan pada remaja untuk mengambil posisi yang sangat ekstrim dan mengubah kelakuannya secara drastis, akibatnya sering muncul tingkah laku radikal dan memberontak di kalangan remaja.
  5. Bentuk-bentuk khusus dari tingkah laku remaja pada berbagai individu yang berbeda akan sangat ditentukan oleh sifat dan kekuatan dorongan-dorongan yang saling berkonflik di atas

(Muss, 1968, hal. 95)

BAB IV

PERKEMBANGAN PSIKOLOGIK REMAJA

Pembentukan Konsep Diri

Remaja adalah masa transisi dari periode anak ke dewasa.

Secara psikologik kedewasaan adalah keadaan di mana sudah ada ciri-ciri psikologik teretentu pada seseorang. Ciri-ciri psikologik itu menurut G.W. Allpoert (1961, Bab VII) adalah :

  1. Pemekaran diri sendiri (extention of the self) :

- egoisme berkurang

- rasa memilliki meningkat

- mencintai orang lain dan alam sekitar

- kemampuan tenggang rasa

  1. Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara objektif (sel objectivication) :

- kemampuan mempunyai wawasan tentang diri sendiri (self insight)

- kemampuan untuk menangkap humor (sese of humor)

- tidak marah jika dikritik

- dapat mengevaluasi dir

  1. Memiliki filsafat hidup tertentu (unifying philosophy of life) :

- tidak mudah terpengaruh

- pendapat-pendapatnya dan sikapnya cukup jelas dan tegas

Menurut Richmond dan Slansky (1984, hlm.110-111) inti dari tugas perkembangan seseorang dalam periode remaja awal dan menengah adalah memperjuangkan kebebasan. Sedangkan menemukan bentuk kepribadian yang khas (yang oleh Allport dinamakan ”unifying philosophy of life”) dalam periode itu belum menjadi sasaran utama.

Perkembangan Intelegensi

Intelegensi adalah -David Wechsler (1958)- :

Keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.

Intelegensi memang mengandung unsur fikiran atau ratio. Makin banyak unsur ratio yang digunakan dalam suatu tindakan atau tingkah laku, makin berintelegensi tingkah laku tersebut.

Ukuran intelegensi dinyatakan dalam IQ (Intelligence Quotient).

Perhitungan :

*Orang Dewasa

Dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan yang terdiri dari berbagai soal (hitungan, kata-kata, gambar-gambar dan lain-lain) dan menghitung berapa banyaknya pertanyaan yang dapat dijawab dengan benar dan membandingkannya dengan sebuah daftar (yang dibuat berdasarkan penelitian yang terpercaya) maka didapatkanlah nilai IQ yang bersangkutan.

*Anak-anak

Dengan menyuruh mereka melakukan pekerjaan tetentu dan menjawab pertanyaan tertentu (misalnya: menghitung sampai 10 atau 100, menyebut nama-nama hari atau bulan, membuka pintu dan menutupnya kembali, dan lain-lain). Jumlah pekerjaan yang bisa dilakukan anak kemudian dicocokkan dengan membuat daftar untuk mengetahui usia mental (mental age = MA) anak. Makin banyak yang bisa dijawab atau dikerjakan anak, makin tinggi usia mentalnya. Usia mental ini kemudian dibagi dengan usia kalender (callender age = CA) dan dikalikan 100, maka didapatkan IQ anak.

Rumus : IQ = MA/CA x 100

Teori intelegensi yang meninjaunya dari sudut perkembangan dikemukakan oleh Jean Piaget (1896-1980). Piaget berpendapat bahwa setiap orang mempunyai sistem pengaturan dari dalam pada sistem kognisinya. Sistem pengaturan ini terdapat sepanjang hidup sesorang dan berkembang sesuai dengan perkembangan aspek-aspek kognitif yaitu :

  1. Kematangan, merupakan perkembangan susunan syaraf shg misalnya fungsi-fungsi indera menjadi lebih sempurna.
  2. Pengalaman, yaitu hubungan timbal balik dengan lingkungannya.
  3. Transmisi sosial, yaitu hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial antara lain melalui pengasuhan dan pendidikan dari orang lain.
  4. Ekuilibrasi, yaitu sistem pengaturan dalam diri anak itu sendiri yang mampu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya. (Gunarsa, 1982, hlm.140-141)

Sistem pengaturan mempunyai 2 faktor :

  1. Skema

Adalah pola yang teratur yang melatarbelakangi suatu tingkah laku.

  1. Adaptif

Adalah penyesuaian terhadap lingkungan yang bersangkut-paut dengan tujuan dan perjuangan hidup.

Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget adalah sebagai berikut (Gunarsa, 1982, hlm.146-161; Piaget, 1959, hlm.123)

  1. Tahap I : Masa sensori-motor (0-2.5 tahun)

Masa ketika bayi mempergunakan sistem penginderaan dan aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya.

  1. Tahap II : Masa praoperasional (2.0-7.0 tahun)

Ciri khasnya adalah kemampuan menggunakan simbol, yaitu mewakili sesuatu yang tidak ada.

  1. Tahap III : Masa konkrit-operasional (7.0-11.0 tahun)

Sudah bisa melakukan berbagai macam tugas yang konkrit. Ia mulai mengembangkan 3 macam operasi berfikir, yaitu :

a. Identitas : mengenali sesuatu

b. Negasi : mengingkari sesuatu

c. Resiprokasi : mencari hubungan timbal baik antara beberapa hal

  1. Tahap IV : Masa formal-operasional (11.0-dewasa)

Dalam usia remaja dan seterusnya sesorang sudah mampu berfikir abstrak dan hipotetis.

Masa remaja adalah masa yang penuh emosi. Salah satu ciri periode ”topan dan badai” dalam perkembangan jiwa manusia ini adalah emosi yang meledak-ledak, sulit untuk dikendalikan. Plato menyamakan emosi remaja ini dengan ”api”. Di satu pihak emosi yang memnggebu-gebu ini memang menyulitkan, terutama untuk orang lain (termasuk orang tua dan guru) dalam mengerti jiwa si Remaja. Tetapi di lain pihak, emosi yang menggebu ini bermanfaat untuk remaja itu terus mencari identitas dirinya.

Perkembangan Peran Sosial

Gejolak emosi remaja dan masalah remaja lain pada umumnya disebakan antara lain oleh adanya konflik peran sosial. Di satu pihak ia sudah ingin mandiri sebagai orang dewasa, di lain pihak ia masih harus terus mengikuti kemauan orang tuanya.

Konflik peran yang dapat menimbulkan gejolak emosi dan kesulitan-kesulitan lain pada masa remaja dapat dikurangi dengan memberi latihan-latihan agar anak dapat mandiri sedini mungkin. Dengan kemandiriannya anak dapat memilih jalannya sendiri dan ia akan berkembang lebih mantap. Oleh karena ia tahu dengan tepat saat-saat yang berbahaya di mana ia harus kembali berkonsultasi dengan orang tuanya atau dengan orang dewasa lain yang lebih tahu dari dirinya sendiri.

Perkembangan Peran Seksual

Ada 4 macam manusia ditinjau dari peran seksualnya, yaitu :

  1. Tipe maskulin, yaitu yang sifat kelaki-lakiannya di atas rata-rata, sifat kewanitaannya kurang dari rata-rata.
  2. Tipe feminin, yaitu yang sifat kewanitaannya di atas rata-rata, sifat kelaki-lakiannya kurang dari rata-rata.
  3. Tipe androgin, yaitu yang sifat kelaki-lakian maupun kewanitaannya di atas rata-rata.
  4. Tipe tidak tergolongkan (undiferentiated), yaitu yang sifat kelaki-lakiannya maupun kewanitaannya di bawah rata-rata.

(Wrightsman, 1981, hlm.445)

Perkembangan Moral dan Religi

Religi yaitu kepercayaan terhadap kekuasaan suatu zat yang mengatur alam semesta ini adalah sebagian dari moral, sebab dalam moral sebenarnya diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan suatu perbuatan yang dinilai tidak baik sehingga perlu dihindari. Agama, oleh karena mengatur juga tingkah laku baik-buruk, secara psikologik termasuk dalam moral. Hal lain yang termasuk dalam moral adalah sopan-santun, tata krama, dan norma-norma masyarakat lain.

Kohlberg membagi perkembangan moral dalam 3 tahap yang masing-masing dibagi lagi dalam 2 tingkatan :

  1. Tahap I (tingkat 1 dan 2) : Tahap Prakonvensional

Tingkat 1 à pedoman mereka hanyalah hindari hukuman

Tingkat 2 à sudah ada pengertian bahwa untuk memenuhi kebutuhan sendiri, seseorang juga harus memikirkan kepentingan orang lain.

  1. Tahap II (tingkat 3 dan 4) : Tahap Konvensional

Setuju pada aturan dan harapan masyarakat dan penguasa, hanya karena memang sudah demikianlah keadaannya. Terjadi pada remaja dan sebagian besar orang dewasa.

  1. Tahap III (tingkat 5 dan 6) : Tahap Pasca Konvensional

Terjadi pada sebagian orang dewasa. Tahap ini mendasarkan penilaian mreka terhadap aturan dan harapan masyarakat pada prinsip-prinsip moral umum.

Tingkat 1 à kontak sosial atau hak individu

Tingkat 2 à prinsip etika universal

(Lickona, 1975, hlm. 32-33)

BAB V

REMAJA SEBAGAI SUBKULTUR

Masyarakat Transisi

Masyarakat transisi dalam istilah J. Useem dan R.H. Useem dinamakan ”modernizing society”. Masyarakat ini adalah masyarakat yang sedang mencoba untuk membebaskan diri dari nilai-nilai masa lalu dan menggapai masa depan dengan terus menerus membuat niali-nilai baru atau hal-hal baru.

Menurut Emile Durkheim, keadaan masyarakat transisi akan membawa individu anggota masyarakat kepada keadaan ’anomie’. Anomie menurut Durkheim adalah ”normlessness” yaitu suatu sistem sosial dimana tidak ada petunjuk atau pedoman buat tingkah laku. Jadi adalah keadaan ekternal seperti dalam keadaan hukum rimba yang terdapat dalam masyarakat yang tiba-tiba dilanda perang. Kebiasaan-kebiasaan dan aturan-aturan yang biasa berlaku tiba-tiba tidak berlaku lagi. Akibatnya adalah ”individulaisme” dimana individu-individu bertindak hanya menurut kepentingannya masing-masing (Durkheim, 1951)

Kondisi anomie ini tentu saja tidak hanya berlaku terhadap anggota masyarakat dewasa, melainkan juga terhadap para remaja.

Merton selanjutnya menyatakan bahwa anomie juga menunjuk pada manusia yang ”ambivalent” (tidak jelas nilai yang dianutnya) dan ”ambigous” (tidak jelas bentuk kelakuannya) dalam masyarakat yang juga tidak konsisten (Merton,1957). Akibatnya memang ada manusia-manusia yang bertingkah laku konform, yaitu menerima nilai (oleh Merton diartikan sebagai tujuan umum dari suatu kebudayaan) dan norma (artinya aturan-aturan khusus dari lembaga masayarakat tertentu). Remaja-remaja yang menerima apa saja yang dikatakan orang tua mereka untuk mencapai gelar sarjana adalah contoh dari jenis konform ini.

Akan tetapi selanjutnya Merton mengatakan bahwa disamping mereka yang bersikap konform terhadap nilai dan norma, ada orang-orang yang menentang (bertingkah laku ”deviant” atau menyimpang) nilai atau norma itu atau kedua-duanya.

Tingkah laku menentang digolongkan ke dalam 4 jenis (Merton) :

  1. ”innovation”

Yaitu tingkah laku yang menyetujui nilai tetapi menentang norma. Akibatnya bisa negatif dan positif.

  1. ”Ritualism”

Yaitu tingkah laku yang menolak nilai-nilai tetapi menerima norma.

  1. ”Retreatism”

Yaitu pengingkaran terhadap nilai maupun norma. Bentuk reaksinya adalah pelarian-pelarian dari nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku.

  1. ”Rebellion”

Yaitu pemberontakan, menolak nilai-nilai dan norma-norma yang ada tapi mengadopsi nilai-nilai dan norma-norma yang lain yang berasal dari luar masyarakatnya.

Remaja Sebagai Anggota Keluarga

WAR (World of Abnormal Rearing)

Definisi : kondisi dimana lingkungan tidak memungkinkan anak untuk mempelajari kemampuan-kemampuan yang paling dasar dalam hubungan antar manusia (Kempe & Helfer, 1980, hal.38).

Ciri-ciri WAR (diantaranya) :

  1. Anak dipukuli (pada sebagian keluarga WAR)
  2. Anak disalahgunakan secara seksual (misalnya dijadikan korban incest atau dipaksakan kawin pada usia masih kanak-kanak, ini pun hanya pada sebagian keluarga WAR)
  3. Anak tidak dperdulikan (ini lebih banyak terjadi)
  4. Anak dianggap seperti anak kecil terus atau dianggap tidak berarti (paling banyak terjadi)

Akibat WAR : anak-anak menjadi terkekang sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik di luar rumah sendiri.

Secara sosiologis, faktor-faktor yang ada kaitannya dengan penelantaran dan penyalahgunaan anak ini menurut Wolf (1981) adalah sebagai berikut :

  1. Tidak terpantau tetangga, karena cenderung terisolasi (dalam masyarakat modern).
  2. Kepentingan bersama anak dan orang tua makin lama makin melemah sehingga makin banyak pasangan suami-istri yang tidak ingin mempunyai anak dan kalau ada anak di rumah mudah timbul sikap negatif pada anak-anak.
  3. Anggota-anggota keluarga makin jarang di rumah.
  4. Anak menjadi objek dari ambisi-ambisi pendidikan.
  5. Tekanan ekonomi dan mereka tidak dapat keluar dari sana.

Remaja di Sekolah

Faktor yang berpengaruh di sekolah bukan hanya guru dan sarana pendidikan saja, tetapi lingkungan pergaulan antar teman pun besar pengaruhnya.

Remaja dalam Masyarakat

Masyarakat sebagai lingkungan tertier (ketiga) adalah lingkungan yang terluas bagi remaja dan sekaligus paling banyak menawarkan pilihan. Terutama dengan maju pesatnya teknologi komunikasi massa maka hampir-hampir tidak ada batas-batas geografis, etnis, politis, maupun sosial antara satu masyarakat dengan masyarakat lain. Istilah, gaya hidup, nilai dan perilaku dimasyarakatkan melalui media massa ini, pada gilirannya remaja akan dihadapkan kepada berbagai pilihan yang tidak jarang menimbulkan pertentangan batin di dalam remaja itu sendiri. Pertentangan batin itu bisa berupa ”konflik” (menurut istilah Kurt Lewin) yang ada beberapa macam jenisnya (Sarlito, 1986), yaitu :

  1. Konflik mendekat-mendekat : dimana ada dua hal yang sama kuat nilai positifnya, tapi saling bertentangan.
  2. Konflik menjauh-menjauh : dimana ada dua hal yang harus dihindari akan tetapi tidak mungkin keduanya dihindari sekaligus.
  3. Konflik mendekat-menjauh : yaitu jika suatu hal tertentu sekaligus mengandung nilai posistif dan negatif.